Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Serba Palsu!

Kita hidup di dunia yang serba palsu Semua hal ditiru untuk menarik perhatian sekitar Materi, Jasa,hingga Individu Semua dilakukan demi menyenangkan nafsu semata Dunia gencar menawarkan yang berbau palsu Ponsel Palsu Beras Palsu Batu akik Palsu Perhiasan Palsu Sampai-sampai orang disekitarmu ikut ‘palsu’! Karena embel-embel palsu dianggap ‘spektakuler’. Apa iya? Kurasa   tidak. Bagiku kepalsuan hanya   dijadikan sebagai kedok Untuk menutup diri dari dunia fana-nya.  

Sepatu Kulit Usang.

pixabay/lum3n P agi menyapa. Matahari merangkang naik. Cahayanya menerobos masuk melalui sela-sela kardus rumahnya. Di bawah terpal biru yang terlihat berongga di beberapa bagian, disinilah anak laki-laki itu tinggal. Bocah itu tengah bersiap-siap untuk memulai aktivitas paginya. Ia meraih kotak kayu berwarna hitam dari atas meja kecil, lalu segera keluar dari rumahnya.        “Ikbal!” seseorang memanggilnya dari arah belakang. Bocah itu menoleh.        “Mau kemana kau?”        “Mau ke halte, Bang!” balas Ikbal, sambil menunjukkan kotak hitam di tangannya.        Pemuda itu hanya mengangguk. “Ya sudah, Hati-hati kau di jalan. Jangan sampai kau bertemu dengan para petugas berseragam hijau. Ngerti kau?” ujar pemuda itu mengingatkan.        “Siap, Bos!” serunya, melambaikan tangan ke arah pemuda yang dipanggilnya abang. Bocah itu pun berlalu meninggalkan rumahnya. ***        Lengkingan suara lokomotif terdengar nyaring di telinga pengendara. Suara itu merupakan tanda

Kepastian.

Kita tidak bisa bermain dengan kata 'pasti' Ia hanya muncul jika kebenaran terjadi Mereka tidak mengandalkan keahlian otak 'kami' Karena kata 'pasti' muncul dari hati.  Bila kalian tidak mampu mengerti sebuah kepastian, jangan memberi mereka kata 'pasti'. Celaka bila kalian bermain dengan kata 'pasti' yang akan berakhir dengan caci maki. Sebab, Hanya kepastian yang mampu melacak hati Tiap wanita yang penuh harapan Akan keinginan si pria Untuk menggenapi keberadaan 'Kami'. Dengar, Hanya kepastian yang mampu menjawab Setiap pertanyaan yang terlontar Dari hati kecil mereka Yang meronta Minta jawaban. Serpong, 17 Mei 2015.

15.5.15

Sungguh hari ini begitu luar biasa. Aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang berlipat ganda.. Mau tahu apa? Tuhan mengizinkanku mengecap kebahagiaan Yang menjelma menjadi sebuah ucapan syukur. Terima Kasih, Tuhan.  Bertemu denganmu walau hanya hitungan detik. Mendapat penghargaan walau hanya satu kali. Menghabiskan waktu 3600 detik bersamanya.. Benar-benar bersama dia. Mungkin hal ini membuatku lupa.. Lupa kalau aku sedang merindukanmu.   Serpong, 15 Mei 2015.

Kelambu mimpi.

Berada di lingkaran waktu selama 30 hari, membuatku berpikir Mengapa aku bisa terjebak dalam ruangan kecil yang begitu pengap ini?  Sulit rasanya mengontrol segala emosi yang bergemuruh.  Membuat diriku berteriak dan memberontak. Tapi hanya gema yang menjawabku. Gema suara hatiku.  Udara seakan menjauhi segala sudut ruangan, dan hanya meninggalkan kegelapan di jiwa. Gelap dan penuh sesak.   Mati.  Hanya kata itu yang terpikir di otakku. Aku bisa mati jika terus berada di ruangan ini. Namun beruntung, Nurani menamparku, hingga aku terbangun.  Ternyata itu semua hanyalah mimpi.