Stock.adobe.com B erawal dari malam yang kelabu. Gumpalan awan hitam menyelimuti langit Jakarta malam itu. Hujan turun dengan derasnya sepanjang hari tanpa henti. Langit menumpahkan air mata, seolah ikut larut dalam peristiwa hari itu. Suara petir yang menggelegar, saling beradu menggetarkan muka bumi. Aku terperanjat kaget, meraih sebuah bantal dari ranjang single ku, lalu menutup telingaku rapat-rapat. Bukan, bukan karena aku takut dengan suara petir. Tapi aku hanya takut, jika suara cacian dari kedua orangtuaku kembali terdengar di telingaku. Aku menggigit bibir bawahku dengan kuat. Terasa getir. Perlahan, darah mulai mengalir dari bibirku. Bahkan rasa getir dari darahku tidak mampu mengalahkan kegetiran hidupku saat ini. Aku meraih sweaterku, lalu menyelinap keluar rumah lewat pintu belakang, agar tidak ada yang mengetahui kepergianku malam itu. *** Tubuhku gemetaran. Aku kembali merapatkan sweater merahku. Rambutku basah kuyup karena terguyur hujan, ba...
Aku ingin tahu bagaimana cara mereka mengenangku, atau sekedar mengingatku lewat sebuah tulisan.