Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2019

Selamat Ulang Tahun.

pixabay/m_u_z007 Untukmu, Yang sedang berbahagia hari ini.  Mungkin aku tak punya kata-kata romantis Ataupun kejutan-kejutan kecil macam yang teman-teman berikan padamu.  Tapi setidaknya,  Aku memiliki tiga kata sederhana penuh kegengsian Yang sulit ku ungkapkan secara langsung padamu.  Maka, izinkan aku mengucapkannya lewat sajakku berikut ini; Selamat Ulang Tahun.  Panjang umur, katanya.  Maaf, aku tidak mampu memberikan kado di hari spesialmu.  Tapi ada doa sederhana yang kupanjatkan pada Tuhan untukmu. Semoga harimu selalu bahagia. Meski ada aku, atau tanpa adanya aku di hidupmu.  Pastikan,  bahwa dirimu selalu bahagia.  Dari aku, Yang pernah ada di hatimu. -M Serpong, 9 April 2019.

Rasa Syukur.

Kata Ibu, Setiap kali kamu merasa kurang beruntung Tenggelamkanlah dirimu dalam rasa syukur Bersyukur; atas nikmat-Nya yang tak terukur. -M

Misteri Kotak Hitam.

pixabay/tourque                ”Mengaku saja! Dasar perempuan pengecut! Kau masih muda, tapi sudah mencuri, kelewatan!" teriakan itu membuat wajah wanita berkacamata dihadapannya pucat pasih.           "Demi Tuhan, bukan saya Bu yang mengambil!"           "Halah, jangan berlagak sok suci. Maling sepertimu mana ada yang mengaku? Katamu, kau melihat kotak itu di gerbong ini kan? Itu pasti kotak milik saya!" nada bicaranya semakin meninggi.                    "I-Iya, Bu. Saya memang melihatnya. Tetapi itu dua hari yang lalu. Saya melihat kotak hitam dibawah bangku itu," kata wanita itu sambil menunjuk bangku penumpang di depan matanya. TUT-TUT!!        Suara klakson masinis kembali terdengar. Kereta itu kembali  melaju. Para penumpang yang sedari tadi hanya melihat tingkah mereka berdua tampak acuh tak acuh. Ada yang melihat dengan raut muka penuh tanya, ada juga yang berbisik-bisik sambil menatap aneh wanita itu.  Bahkan,  a

Ochlophobia.

pixabay/free-photos G elap. Nafasku benar-benar sesak. Aku nyaris terjatuh karena baru saja menabrak seseorang di depanku. Aku tidak peduli siapa orang yang barusan aku tabrak. Aku bergegas masuk ke dalam kamar. Aku menutup telinga rapat-rapat dengan bantalku. Seketika ruangan menjadi hening. Tidak ada suara yang mengganggu ketenanganku. Setidaknya, saat ini aku bisa bernafas lega. Hingga beberapa detik kemudian aku mendengar seseorang berkomentar dari luar. “Dia anaknya an-sos ya?” Terdengar seorang wanita bertanya pada Mama. “Dia memang anaknya pemalu,” balas Mama sambil terkekeh pelan. Sesekali aku mengintip dari balik tirai. Aku melihat raut wajah Mama berubah menjadi masam.   Senyumnya terlihat dipaksakan. Pasti ia marah dengan sikapku barusan. Aku merebahkan tubuhku ke atas kasur. Aku melihat langit-langit kamarku sambil terdiam. Masih terdengar sayup-sayup suara tangis Edgar, gonggongan anjing, sendok jatuh, tawa Mama, balon pecah, celotehan Tante Titi, hingga su