Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Last Post 2014. Pfh!

I am very grateful to have been through this year full of renewal with a big joy. Thanks 2014! Banyak hal yang gue dapatkan dan gue terima selama tahun 2014 ini. Apa aja ayo? Infinite . Sampai sulit untuk gue ceritakan satu-persatu. Tapi gue akan coba untuk uraikan satu persatu. 1. XII Science Kelas 12 IPA adalah keluarga gue. Gue benar-benar merasakan arti keluarga dalam kelas ini. Awalnya, memang gue merasa ada yang janggal sama kelas ini. Apalagi, saat gue kehilangan sahabat gue untuk pindah ke kota lain. Itu benar-benar menyakitkan. Namun, lambat laun gue sadar, bahwa kelas 12 IPA membawa banyak perubahan untuk diri gue, khususnya untuk kepribadian gue. Gue diberi kesempatan untuk punya banyak teman. Sulit memang, tapi saat gue mendengar kata-kata wali kelas gue, bahwa 'lakukanlah segala sesuatu dengan iklas dan terus menerus' , maka hal itu akan berhasil. Gue berusaha untuk terbuka dengan mereka, nggak kayak dulu kemana-mana sendiri. Sekarang gue punya tema

The Power of Dhamma.

”Sebagai Bodhisatta, pelajaran hidup apa yang anda harapkan untuk dipelajari manusia?” Belajar bahwa mereka tidak dapat membuat siapapun mencintai mereka. Apa yang dapat mereka lakukan adalah membiarkan diri mereka untuk dicintai; Belajar bahwa apa yang paling berharga bukan apa yang mereka punya dalam hidup mereka, tetapi siapa yang mereka punya dalam hidup mereka; Belajar bahwa tidak baik untuk membandingkan mereka sendiri dengan orang lain. Semua penderitaan dan pahala secara pribadi membalas atas jasa-jasa mereka sendiri, bukan sebagai satu kelompok untuk suatu dasar perbandingan; Belajar bahwa seorang kaya bukan yang mempunyai terbanyak, tetapi seorang yang membutuhkan paling sedikit; Belajar bahwa hanya memakan beberapa detik untuk membuka luka yang dalam pada orang-orang yang kita cintai, tetapi memakan waktu beberapa tahun untuk menyembuhkannya; Belajar untuk memaafkan dengan mempraktekkan pengampunan; Belajar bahwa terdapat orang-orang yang mencintai

Pernah.

Aku pernah mencintai hujan  Kemudian dibuat benci oleh aroma -nya Aroma hujan hanya mengirimkanku Ke dalam sebuah ingatan Yang memukul dinding masa lalu.   Kita berdiri di bawah rinai hujan Mengulurkan kedua tangan ke langit,  Menangkap air yang jatuh menyapa bumi, Melambungkan tawa hingga ke langit Yang ikut tersenyum menatap kita.   Aku pernah bertanya kepada hujan : ‘Dimana kamu?’ 'Apakah kamu baik-baik saja?' Sayang, dia enggan menjawab. Aku hanya mendengar deras suaranya yang merintih.   Bisakah hujan berbalas sapa? Memberi tahu dimana kamu saat ini. Bisakah aku dan kamu melebur menjadi kita? Menciptakan kenangan baru dalam hujan. Kini, aku harus membenci kata.. Pernah.  Serpong, 13 November 2014.

Senyuman semu.

Mungkin beliau sempat tersenyum, namun kami  tidak melihatnya. Ya, hanya senyuman semu.        A ku masih mengingatnya. Begitu jelas.  Bahkan hingga saat ini. Kejadian ini terjadi kemarin pagi sekitar pukul 10.00. Aku dan Ibuku berencana pergi menuju sebuah Universitas di daerah Jakarta. Kami menggunakan kereta commuter line jurusan Tanah Abang sebagai alat transportasi. Selain harganya terjangkau, kami juga ingin cepat sampai tujuan. Kami menunggu kereta di stasiun Rawa Buntu. Tak berapa lama, kereta tersebut datang dan kami masuk ke dalam kereta. Suasana dalam kereta cukup ramai. Kursi kereta hampir terisi penuh oleh penumpang.  Kami pun berdiri dekat gerbong masinis. Beberapa orang yang tidak kebagian tempat duduk memilih duduk menghampar di lantai kereta, dan beberapa memilih berdiri.        Tak berapa lama, kereta melaju dengan cepat hingga sampai di stasiun selanjutnya yaitu Stasiun Sudimara. Seorang ibu muda berkacamata, tersenyum menatap kami. Hingga akhirnya kami sali