Aku
pernah mencintai hujan
Kemudian
dibuat benci oleh aroma-nya
Aroma
hujan hanya mengirimkanku
Ke
dalam sebuah ingatan
Yang
memukul dinding masa lalu.
Kita
berdiri di bawah rinai hujan
Mengulurkan
kedua tangan ke langit,
Menangkap
air yang jatuh menyapa bumi,
Melambungkan
tawa hingga ke langit
Yang
ikut tersenyum menatap kita.
Aku
pernah bertanya kepada hujan:
‘Dimana
kamu?’
'Apakah
kamu baik-baik saja?'
Sayang,
dia enggan menjawab.
Aku
hanya mendengar deras suaranya yang merintih.
Bisakah
hujan berbalas sapa?
Memberi
tahu dimana kamu saat ini.
Bisakah
aku dan kamu melebur menjadi kita?
Menciptakan
kenangan baru dalam hujan.
Kini,
aku harus membenci kata..
Pernah.
Serpong, 13 November 2014.
Comments
Post a Comment