Hei Kamu, ya Kamu.
Kamu yang berada disana,
Sepertinya, kamu terlihat bahagia hari ini. Raut wajahmu terlihat ceria saat berbicara dengan teman-temanmu.
Kamu yang berada disana,
Mengapa kamu terlihat sedih?
Kamu yang berada disana,
Kamu usil sekali!
Kamu yang berada disana,
Senyummu begitu manis kepadanya
Kamu yang berada disana,
Mengapa kamu terdiam?
Kamu yang berada disana,
Mengapa kamu menangis? Ada apa denganmu hari ini?
Kamu yang berada disana,
Yang tidak melihatku.
Aku melihatmu. Kemarin. Hari ini. Besok.
Setiap hari, bahkan setiap waktu.
Dan kamu,
hanya melihatku dari satu sisi saja.
Kamu adalah awal yang senantiasa membuatku berpikir ;
Apakah aku bisa menjamahmu, jika kamu telah berada jauh dariku?
Apakah aku akan diingat olehmu, jika suatu saat nanti kita berpisah?
Apakah aku bisa dirangkul olehmu, disaat nanti aku terjatuh?
Apakah aku bisa merasakan kehadiranmu setiap hari?
Hingga nanti. Entah sampai kapan waktunya.
Mungkin saat ini aku paham
bagaimana bentuk rindu
Yang selalu mengiringi hari-hariku.
Rindu yang selalu tergantung rendah
dalam kenangan yang telah kita lewatkan
Aku dan Kamu.
Kamu yang berada disana,
Bagaimana kabarmu hari ini?
Serpong, 22 Agustus 2014.
"Aku merasa kesal dan marah denganmu. Karena tingkahmu yang jahil, yang cuek, dan menyebalkan. Bahkan, aku pernah berkata bahwa aku akan meninggalkanmu. Nyatanya, hingga saat ini hal itu belum terjadi. Aku tidak mampu melakukannya, karena hingga detik ini aku masih merindukanmu."
Comments
Post a Comment