Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

Menjadi Terang.

Terkadang rasa takut selalu mengikuti langkah kaki ini Dan saat ku tanya pada diriku, jawabannya selalu sama. Aku hanya takut satu hal selain Tuhan Aku takut mengecewakan orang orang disekitarku Orang tuaku, Sahabatku, Saudaraku, Guruku, dan kamu tentunya. Terkadang tingkah laku ku yang sulit ku jaga Bahkan ucapanku yang pernah menyayat hati Selalu kupikirkan setiap saat, Apakah aku mengecewakan mereka? Apakah aku membuat mereka terluka? Ku harap sebaliknya. Aku berharap dapat menjadi terang di tengah mereka. Bagaikan sebuah pelita yang mampu menerangi gelapnya malam. Aku ingin menikmati yang Tuhan berikan untukku. Sebab, Tiap detik yang ku lalui telah diijinkan tuk terjadi dalam hidupku. Serpong, 31 Maret 2016

Mengapa?

Mengapa terasa sakit? Padahal kamu hanya menghilang sementara Mengapa terasa sakit? Jika mataku melihatmu bersamanya Mengapa terasa sakit? Jikalau kamu tiba tiba diam tanpa sebab Mengapa terasa sakit? Jika kamu sedang tak ada disampingku melainkan di sampingnya. Mungkin aku terlihat egois, Namun jika hati ini mampu berbicara Ia pasti akan mengatakan hal yang sama Sebab kepingan kepingan rindu selalu menelusup dalam relung hati Ia selalu menyebut nama yang sama, Dengan watak , perilaku, dan tatapan yang sama Semua itu menjelma dalam satu kata Kamu. Serpong, 30 Maret 2016

Hidup untuk Hari ini

Hidup itu Buram Kau tak akan tahu bagaimana rupa esok hari Nikmati panorama pagi hari  Karena kamu hidup untuk hari ini  Langit tak selamanya biru Karena awan hitam bisa datang menyelimuti Hidup kadang memberimu pencerahan  Tak berarti ia tak punya kesempatan untuk membawamu masuk, ke dalam jurang kegelapan MAJU  Dan tak lupa untuk selalu, WASPADA. Serpong, 24 Maret 2016.

Jejak Rindu

Lagi lagi hati ini menegurku Katanya aku kembali menodainya Dengan luka-luka yang baru Padahal aku sudah menambalnya rapat-rapat Tapi kali ini Ada yang kembali mencoba masuk Melalui celah-celah kosong Yang dapat diterobos oleh apa saja Tangis, Tawa, Marah, Takut Bahkan disela-sela kebersamaan Ada celoteh yang menjelma menjadi sebuah tanya "Rasanya seperti mau remuk." Aku pun bertanya kepada hati,  "Mampu kah kau bertahan?" "Coba saja kau jadi diriku,  kau akan merasakan hantaman yang  luar biasa sakit." "Mengapa?" "Sebab dia selalu berusaha masuk kedalamku, dan jejaknya senantiasa membuatku terluka." "Siapakah dia yang kau maksud?" "Rasa rindumu, padanya." "Lalu apa yang harus ku lakukan saat ini?" "Ikhlaskan, Lepaskan." Serpong, 20 Maret 2016.

Jika dan Hanya Jika.

Kau hidup dalam sebuah pusaran kehidupan Tanpa kau sadari Waktu mudamu tak lagi lama Sebab kau akan bermetamorfosa Menjadi seorang manusia sesungguhnya di kehidupanmu yang nyata. Tentu,  Ada mimpi , penantian, dan harapan yang terajut dalam lingkup hidupmu.  Begitupun denganku.  Kau tahu? Aku punya mimpi sederhana.    Kuharap potongan waktu dapat kukembalikan ke keadaan semula  Jika waktu mendengar, Ku ingin mengabadikan perjalanan hidupku menjadi sebuah foto di dalamnya.  Antara aku , kamu, dan kita. Menjelma menjadi sebuah kenangan Yang kusimpan rapat dalam hati. Jika... dan Hanya Jika. Serpong,12 Maret 2016.

Seandainya

Seandainya kamu  bisa melihatku dengan mataku, mungkin luka-luka di bias mata itu  dapat terlihat jelas hingga ke sudut sudut hati yang tak terjamah Seandainya kamu bisa melihatku dengan mataku, mungkin kau akan melihat sosok yang keras kepala, orang yang tak mau mengalah, namun selalu bertanya, "Apakah kau baik-baik saja?" Sungguh aku menjadi paling bersalah Mengapa ku tak mampu meringankan beban di bahumu Walau sedikit saja? Atau sekedar bertanya dan mengalihkan perhatian Agar lelah dihatimu bisa sedikit terabaikan dan aku dapat menikmati sedikit senyum di wajahmu Seandainya kamu bisa melihatku dengan mataku, Kau akan menepis segala pikiran bahwa diriku orang paling bahagia,  Sebab, Kau akan menemukan diriku kosong, Sepi dan hampa. Serpong, 10 Maret 2016.

Harapan dalam Jarak.

Bersabarlah Jarak yang pernah ada antara kita jangan pernah disalahkan Ia hanya menghampiri kita sejenak— lalu pergi Kau tahu mengapa aku begitu percaya? Sebab mimpi itu terasa dekat dalam tidurku Ia membisikanku sebuah harapan Bahwa kau akan kembali— Dengan membawa senyuman tulus. Kau tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk bisa dianggap dirinya ada? Ibarat seekor kura-kura mengejar rusa Seperti itulah aku menunggu hari itu datang Namun kita berhasil melewatinya, Sobat. Ya—kuberseru kepada-Nya : Terima Kasih Tuhan—Hanya itu yang kusebut setiap hari. Waktu memang terlihat jauh Tapi jauh bukanlah sebuah kepastian bahwa harapan tak akan terwujud Sebab ada yang menggerakan hatinya tuk kembali percaya Namun, Bila suatu hari jarak kembali menghampiri kita Serta masih saja betah menjeda kita Kuharap aku dan kamu tak lelah memelihara kasih Dan seonggok rindu yang mendamba temu Serpong, 9 Maret 2016

Kau perlu Tahu.

Hari ini aku kembali melihatmu Dengan pandangan dan senyum yang sama Namun tak sebaliknya. Terasa janggal bagiku— Namun nuraniku berusaha tuk percaya Kau baik-baik saja, kawan. Kurindu senyummu yang dulu. Ingin rasanya aku melihatmu   lewat matamu Agar ku tahu hal apa yang sedang kau sembunyikan Di balik sikap dinginmu Sikap acuh-tak acuh itu –seringkali menimbulkan tanya: “Apa yang sedang kau pikirkan saat ini?” Tuhan, Satu hal yang belum kau ijinkan tuk terjadi hingga saat ini Bisakah kami bertahan di tengah lautan ego ini? Serpong, 7 Maret 2016.

Jangan Takut

Jangan takut tuk berbuat baik Jangan takut untuk melangkah maju Jangan takut untuk mengasihi Jangan takut untuk berbagi Jangan pernah kau takut untuk melakukan hal yang benar Tak usah kau dengarkan celaan mereka  Sebab, jika waktumu telah usai, Kau tak akan bertemu kembali dengan hal-hal baik itu Melainkan kau akan hidup dalam, Kehampaan.  Serpong, 6 Maret 2016

Dimensi Kehidupan

Denting waktu berbunyi dua kali Dari sudut sudut ruangan yang kelam Nampaknya ia menyadarkanku dari lamunan panjang Dari mimpi indahku yang masih terjaga setiap malam Ia datang tuk memberitahu Bahwa diri- nya terus berjalan Dan diriku masih saja berdiam diri Tanpa berbuat hal yang pasti Ia berceloteh sepanjang malam Mengingatkanku untuk beranjak Dari kesedihan yang melanda sukma-ku Yang setia menggoyahkan pikiranku Ku hanya berpaku tangan — lalu bertanya : "Waktu, mengapa kau berjalan begitu cepat?" Waktu  hanya menyunggingkan senyum manisnya, — lalu menjawab: "Hei Nona, kau perlu tahu. Kau hidup di empat dimensi kehidupan. Dimensi x, y, z dan diriku; sang waktu. Aku berbeda dengan  mereka. Aku tidak  bisa bergerak mundur atau diputar sesuka hatimu. Aku hanya bisa melangkah maju, tuk mengikutimu. " "Benarkah? Lalu apa yang harus kuperbuat selama kau mengikutiku?" "Kau perlu memperbaiki segala sesuatu sebelum seg...