pixabay/free-photos |
Aku si lemah
Meronta hingga banjir air mata
Air mata penuh iba
Melihat diriku berkaca
pada masa lalu yang penuh derita
Aku si pemalu
Berdiam dalam ruang lingkup yang penuh tanya
"Kemana aku harus melangkah?"
Bagiku dalam diam aku bersuara
Karena diam mendengarkan celotehku,
yang penuh kebingungan
Aku si pembajak,
membajak segala hak mereka
merampas segala milik mereka
menghancurkan kebahagiaan mereka
hingga tak tersisa,
setitik kebebasan untuk mereka
Aku tertawa melihat hidupku yang lalu
Yang tertindas, tercabik, bahkan terpecah belah
oleh ucapan dan tindak-tanduk mereka,
yang menyayat hati
Kini aku..
bukan aku yang dulu.
Melangkah maju,
melawan arus kepahitan,
yang mampu memutus
nadi kebahagiaanku, kelak.
Serpong, 3 Agustus 2019.
Meronta hingga banjir air mata
Air mata penuh iba
Melihat diriku berkaca
pada masa lalu yang penuh derita
Aku si pemalu
Berdiam dalam ruang lingkup yang penuh tanya
"Kemana aku harus melangkah?"
Bagiku dalam diam aku bersuara
Karena diam mendengarkan celotehku,
yang penuh kebingungan
Aku si pembajak,
membajak segala hak mereka
merampas segala milik mereka
menghancurkan kebahagiaan mereka
hingga tak tersisa,
setitik kebebasan untuk mereka
Aku tertawa melihat hidupku yang lalu
Yang tertindas, tercabik, bahkan terpecah belah
oleh ucapan dan tindak-tanduk mereka,
yang menyayat hati
Kini aku..
bukan aku yang dulu.
Melangkah maju,
melawan arus kepahitan,
yang mampu memutus
nadi kebahagiaanku, kelak.
Serpong, 3 Agustus 2019.
Comments
Post a Comment