BASMI HAMA ‘KORUPTOR’ DENGAN
KEJUJURAN
Oleh: Monica Puspita
Semakin
hari negara kita dibuat gerah oleh isu korupsi di tanah air yang kian
hari kian merajalela. Fenomena ini telah menimbulkan persoalan yang
berkepanjangan dan hingga saat ini belum ditemukan solusi untuk mengakhirinya. Secara
harafiah, korupsi merupakan suatu tindakan secara tidak wajar yang bermakna
merusak, memutarbalik, dan menyogok yang dilakukan oleh para pejabat dalam
menyalahgunakan kepercayaan publik. Permasalahan korupsi telah dialami hampir
seluruh negara dengan pertumbuhan ekonomi
yang pesat. Tindakan kejahatan ini sebenarnya telah berlangsung sejak lama.
Namun, gejalanya mulai meningkat dan dirasakan oleh negara berkembang setelah
perang dunia kedua, salah satunya Indonesia. Perkembangan korupsi di negeri
kita ini cukup kuat dalam menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
Berdasarkan
indeks korupsi yang dikeluarkan oleh Transparency International pada tahun 2014, Indonesia menempati posisi ke-107 sebagai
negara terkorup dari 175 negara. Peringkat
tersebut mengalami kenaikan dari posisi ke-114 pada tahun sebelumnya. Walaupun
mengalami kenaikan, Indonesia masih tergolong sangat rendah dalam memberantas
korupsi jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia,
dan Thailand.
Sebagai
generasi muda tentu kita merasa kecewa. Saat ini, pemerintah terlihat lamban
dalam mengatasi persoalan negara yang dinilai ‘konkret’ ini. Belum selesai
permasalahan ekonomi di Indonesia, negara kembali terbebani oleh kasus korupsi
yang dilakukan oleh para pejabat tinggi negara. Sebagai contoh,
belum lama ini terdengar kasus Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, yang
terjerat kasus suap uang pilkada senilai Rp 1,8 milyar telah ditangkap oleh KPK.
Kasus ini lagi-lagi harus menambah
daftar nama koruptor yang sekaligus mencoreng nama baik bangsa kita.
Berbagai
pandangan pun muncul dari kalangan pelajar mengenai korupsi itu sendiri.
Korupsi itu ibarat kamu sedang merokok. Memang awalnya terlihat indah dan membuatmu nyaman, namun akan membuatmu ketagihan di kemudian hari. Tentu, korupsi tidak hanya merugikan dirimu sendiri, tetapi juga orang lain.
Korupsi itu ibarat saat menebang sarang lebah. Memang, tujuan awalnya untuk memberantas sarang tersebut, tapi pada saat kita menebangnya, justru akan semakin menyebar. Hal itu menggambarkan korupsi yang saat ini semakin merajalela.
Korupsi itu ibarat kecoa. Bunuh satu, tiba-tiba ada lagi. Bunuh lagi, muncul lagi. Dan seterusnya. Seakan tidak ada yang mampu membasminya. Padahal kita hanya perlu memberantas sarangnya dan menjaga kebersihan rumah kita. Sama hal nya dengan korupsi, kita hanya perlu memberantas akarnya dan mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan sehat.
Sungguh memilukan.
Pandangan orang mengenai korupsi yang begitu menjijikan dan merusak moral
bangsa belum juga membuat hati para petinggi negara terketuk. Tentu, kita
sebagai rakyat dituntut untuk melaksanakan kewajiban rakyat (seperti membayar
pajak) guna menciptakan bangsa yang makmur dan sejahtera, malah dilecehkan oleh
tindakan semena-mena oleh para tetinggi kita yang ‘ngaku’ nya mampu mengayomi
kehidupan masyarakat.
Nihil!
Jika para petinggi negara mengharapkan rakyat
kita sejahtera, kalau semua harapan itu dirusak oleh pemimpinnya sendiri. Atau
ungkapan “Jangan ngarep!” terlihat pantas jika mental dan karakter bangsa kita belum diubah.
Lantas,
apa penyebab korupsi? Suatu masalah tidak akan timbul tanpa adanya penyebab.
Masyarakat hanya mengenal bahwa kasus korupsi dapat terjadi karena sistem
pemerintahan yang lemah dan mudah ‘melempem’ kayak kerupuk ditiup angin. Jika
kita telisik lebih jauh, kasus korupsi yang terus muncul di negeri kita disebabkan
oleh berbagai faktor, diantaranya:
- Iman yang goyah
Terkadang, seseorang dapat melakukan tindakan buruk
dalam hidupnya, karena semua itu terjadi di luar akal sehatnnya. Mereka telah dipengaruhi
oleh pikiran negatif yang sebagian besar berasal dari lingkungan. Apa
penyebabnya? Orang tersebut memiliki iman yang lemah. Banyak pejabat yang tidak
kuat iman jika sudah berurusan dengan uang. Hal itu disebabkan karena dalam
diri mereka masih dikuasai oleh nafsu keinginan agar dapat menyenangkan
‘suasana hati’. Ironisnya, nafsu
keinginan mereka membawa malapetaka bagi rakyatnya yang selalu dibuat resah.
- Desakan Ekonomi
Salah satu penyebab seseorang bertindak curang atau
berbuat jahat, alasannya karena ekonomi yang kurang mencukupi. Mirisnya, alasan
tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Sebagian besar mereka
pelaku korupsi berasal dari orang-orang sudah berkecukupan yang mampu memenuhi
kebutuhan primer dan sekunder secara pribadi.
- Sifat tamak dan kurang bersyukur
Seorang koruptor dapat melakukan tindakan korupsi
karena mereka telah menginginkan sesuatu yang lebih dalam hidupnya. Di gaji
tinggi pun, mereka tetap merasa kurang. Mereka kurang mampu mensyukuri pemberian
Tuhan karena pikirannya telah diracuni oleh sifat tamak.
- Gengsi
Sifat gengsi sungguh merugikan. Apalagi jika berasal
dari pelayan rakyat yang ingin pamer harta. Memiliki rumah mewah, handphone
canggih, dan segala kebutuhan tersier lainnya. Mereka hanya sekedar ikut-ikutan
rekannya yang akhirnya terjun ke lubang yang sama.
- Ingin cepat kaya
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini kita hidup di
dunia yang nyaris segalanya butuh uang. Alasannya
untuk memenuhi kehidupan.Tak jarang, dari mereka yang memiliki hasrat kekayaan
yang berlimpah untuk sekedar menikmati kesenangan duniawi.
Ø Kejujuran, obat pemberantas hama paling manjur!
Kita tahu, bahwa saat ini negara
kita masih saja dihinggapi oleh
hama-hama penghisap uang rakyat. Maka, kita perlu membasminya. Dari kelima penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya, hal
yang mendasari seseorang mudah melakukan korupsi adalah kurangnya rasa
kejujuran dan lemahnya iman mereka. Mereka masih terlena dalam kesenangan
duniawi hingga lupa akan statusnya sebagai pelayan rakyat. Mereka memiliki
kewajiban untuk melayani masyarakat.
Kejujuran merupakan karakter yang membentuk
kita menjadi manusia yang sebenarnya. Kejujuran itu sangat berharga. Dengan
bersikap jujur, kita dapat meraih kesuksesan tanpa merugikan pihak lain. Maka,
kejujuran perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. Dalam hal ini peran
orangtua diperlukan dalam mendidik anak, terutama dalam bersikap jujur. Orang
tua perlu memberi pengertian tentang apa itu jujur. Kalau anak ini berbohong,
jangan takut untuk memberi sanksi.
Karena jika dibiarkan, mereka akan merasa nyaman dengan perbuatan
buruknya dan dijadikan kebiasaan seumur hidupnya. Namun, tak lupa untuk berikan
apresiasi jika anak tersebut berperilaku jujur.
Negara kita perlu melahirkan
pemuda-pemudi yang memiliki karakter jujur serta memiliki etika dan moral yang
tinggi. Memang, untuk mengubah mental para pejabat tidak semudah membalikan telapak tangan.
Karena semua bergantung pada kesadaran diri sendiri. Yang perlu kita cegah
ialah dengan membentuk mental dan karakter anak muda. Tentu, untuk membentuk
karakter seseorang yang jujur memerlukan waktu yang sangat lama.
Jika generasi muda sudah mampu menguasai
dirinya dalam bersikap jujur, dapat dipastikan negara kita akan terbebas dari
hama perusak moral bangsa. MAJU TERUS
INDONESIA! :)
Bagus kok monn wkwk sayangnya gue bukan seorang kritikus atau apa cuma gue seneng opini gue tersalurkan lewat elu. Tetap semangat yehet <3
ReplyDelete