"Rasanya begitu sakit, namun tak berdarah."
Menurutku, kalimat diatas sangat menggambarkan suasana hatiku saat ini. Bagaimana tidak? Coba saja kau rasakan ketika orang yang paling dekat denganmu, yang memiliki ikatan batin denganmu, sosok yang mengenalmu sejak dirimu lahir ke dunia. Beliau adalah ibuku. Beliau begitu bahagia dan berkata bahwa ia telah mendapatkan kembali anaknya yang telah 'hilang'. Katanya, aku telah kembali ceria dengan celotehku yang dulu ia sering dengar. Tapi ibu, tahukah engkau? Jika kau melihat kedua mataku, maka engkau akan menemukan kehampaan. Kau akan menemukan kekeliruan yang begitu besar. Jiwaku bahkan hatiku begitu kosong dan itu sangat tidak nyaman. Banyak yang tersembunyi di dalamnya, salah satunya adalah perasaanku saat ini. Tawaku, candaku, bahkan seruan dariku yang kau peroleh itu hanya caraku untuk membohongi diriku. Saat orang lain melihat bahwa diriku baik- baik saja, itu berarti aku telah berhasil memainkan peranku dengan sangat baik. Sungguh kau tahu rasanya? Setiap hari harus memberikan senyuman yang didalamnya terselip kepedihan, kehilangan, dan kerinduan yang begitu besar. Tahukah engkau, Bu? Rasanya begitu sakit namun tak berdarah. Aku ingin sekali memelukmu tanpa menangis. Namun rasanya aku akan menyerah sebelum melakukannya.
Oh ibu,
kalau saja aku bisa, aku ingin sekali memberitahu dunia bahwa aku tidak baik-baik saja. Tidak seperti yang engkau lihat. Bolehkah aku tidur dipangkuanmu, sambil mengatakan "Oh ibu, jiwaku begitu rapuh sekarang."
Comments
Post a Comment