Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

Bertaruh Pada Sebuah Pilihan.

Aku tak mengerti. Setiap aku mencoba untuk mengingkari kata hatiku, Ada saja yang berusaha menahanku. Ada saja yang membuatku betah untuk bertahan dan tetap tinggal. Aku tak paham bagaimana aku  mampu melewati proses ini. Proses yang rumit—menurutku. . Aku teringat, Ketika dia mengatakan bahwa dia jatuh cinta padaku  lagi, Sebab aku adalah satu-satunya wanita yang mau berkorban  untuknya. Yang ku tahu, Aku tidak pernah melakukan pengorbanan, Melainkan hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Jika kamu menanyakan alasannya, Sebab aku mencintainya, Itu saja –tak ada yang lain. Dan tidak pernah berubah sampai kapanpun. . Hingga akhirnya aku paham Keberanian dalam dirinya dalam mengambil sebuah pilihan, Membuatku sadar akan suatu hal. Bahwa ia benar-benar mencintaiku. Kini, aku telah memilikinya. Namun, apakah aku akan  terus memilikinya? Bagaimana dengan pilihan yang harus kuambil nantinya? . Aku tak ingin mengasihani diri. A
Aku tak ingin kita mencintai hanya sekedar untuk mengisi kekosongan, melainkan mencintai dengan utuh. Akan lebih baik jika kita saling memperjuangkan untuk menjadi satu kesatuan yang utuh; bukan runtuh. Aku,  Kamu,  dan Kita. -M

Jangan Berkata Kamu telah Melupakannya.

Sekilas aku teringat, saat-saat dimana aku dan kamu begitu jauh. Terpisah oleh ribuan rindu yang tak mampu tergenapi, Terpisah oleh jarak dan rasa keengganan untuk bertegur sapa. Padahal, Aku tahu - begitupun kamu; Kita masih saling setia memperhatikan satu sama lain. Bahkan, antara aku dan kamu, merasa kosong dan kehilangan. Sempat muncul dibenakku, Bagaimana cara yang tepat untuk melupakan cinta di antara kita? Lalu aku berpura-pura untuk mencari cinta yang baru. Kau ingat? Hari-hari dimana aku selalu menghubungimu Berusaha untuk tetap terjaga, meski kamu selalu menolak keberadaanku. Bahkan,  aku masih mengingatnya dengan begitu jelas. Ketika kamu dengan terpaksa menyuruhku untuk pergi meninggalkanmu. Meski aku tahu, Kamu tak menginginkannya sedikitpun. Aku pantas marah, Aku pantas kesal dengan sikapmu kepadaku, Namun mengapa aku selalu gagal untuk membencimu? -- Seiring berjalannya waktu, Waktu seolah mengetuk pintu nuraniku. Hingga aku sadari akan sua

LDR- Raisa

Seandainya sang waktu dapat mengerti Takkan ada rindu yang terus mengganggu,  Kau akan kembali bersamaku. 
Sempat aku berpikir,  ketika kamu bertindak sangat menyebalkan dan berakhir dengan pertengkaran.  Mengapa bukan kebencian yang muncul di dalam hati? Melainkan ribuan kasih dari hati yang dibuat lapang oleh-Nya? Mengapa bukan memilih pergi melainkan memilih bertahan dalam keadaan terburuk? Bagiku, kini aku sadar akan satu hal yang sederhana:  Jatuh cinta padamu bukanlah bagian dari rencanaku,  melainkan rencana yang berasal dari-Nya; hanya dari-Nya. -M

Kamu benar-benar datang.

Aku pikir, betapa beratnya melepaskan sosok yang kucintai dengan begitu dalamnya. Aku rasa, betapa beratnya menahan rindu itu sendirian hingga kamu tahu,  bahwa aku masih menunggumu.   Sempat aku berpikir untuk melepaskanmu begitu saja -- Meski aku tahu bahwa hal itu bukanlah mengurangi bebanku,   melainkan hanya menambah luka yang sulit kusembuhkan.   Dan aku pikir,  suatu hari setelah berwaktu-waktu lamanya-- Kamu akan kembali ke 'rumah' -ku.   Bukan lagi untuk singgah,   melainkan untuk menetap selamanya.   Lihatlah,   Kini aku telah menemukanmu,  dan kamu benar-benar datang.   Bagiku ini bukanlah sebuah kebetulan,  melainkan sebuah takdir yang tak dapat ditolak kebenarannya.   Barangkali, memang begitulah seharusnya kita.   Meski kita sempat berpisah dalam jarak,   dan rasa sakit sempat membuatku hampir menyerah.  Aku tetap bersyukur pada-Nya.   Sebab Dia mengembalikanmu pada waktu yang tepat.   Kumohon,   Jangan lagi kau berniat

Seperti Bayangan Dirimu.

Yang orang lain tahu, Aku dan kamu ibarat senja dan malam, saling berdampingan namun tak pernah bersatu.  Yang orang lain tahu,  Aku dan kamu ibarat air dan api,  saling memusnahkan dan berakhir padam.  Yang orang lain tahu,  Aku dan kamu ibarat minyak dan air,  Terpisah oleh jarak dan sulit untuk disatukan.  Namun kau sadar,  cinta kita ibarat pelangi. Ia selalu hadir setelah badai menerpa.  Dan aku harap,  Hadirmu tak pernah meninggalkanku.  Ibarat sebuah bayangan, Sejauh apapun kakimu melangkah,  Ia akan selalu mengikutimu.  Setiap saat, setiap waktu.  Serpong, 14 Juli 2017.

Siapa aku di Mata-Mu?

Tuhan, bolehkah Kau izinkan aku bertekuk lutut dihadapan-Mu? Dan, bolehkah aku mencurahkan segala pergumulan hati ini? Pertanyaanku singkat, namun aku tak tahu jawabannya hingga detik ini. Siapakah aku di mata-Mu? Apa yang ingin Engkau bentuk dari hidupku? Aku percaya, seperti yang orang lain katakan padaku. Rencana-Mu tidak pernah terlambat. Dan Engkau tidak akan membiarkanku menghadapi masalah ini sendirian. Akan tetapi, Mengapa lidahku Kau buat keluh, setiap ketakutan itu mengancam jiwaku? Hatiku Kau buat patah berulang kali, dengan segala rasa pedih yang kurasakan setiap hari. Gemuruh itu seakan memekik relung hati. Bahkan sembilu ikut menghujam hatiku berulang kali. Jiwaku terguncang, Hatiku remuk. Tuhan, Jika ini adalah bagian dari rencana-Mu, mengapa setiap langkah yang kuambil, Engkau buat begitu rumit? Setiap kali aku ingin menyerah, Kau selalu membisikanku untuk bertahan, dan tetap setia dengan-Mu. Setiap aku ingin

Jatuh Cintalah Pada Ia Yang Benar-Benar Mencintaimu.

Ibuku pernah bilang, Jatuh cintalah pada sosok yang benar-benar mencintaimu; Bukan malah sebaliknya. . . Ia yang takut kehilanganmu bahkan enggan melukai perasaanmu sekecil apapun. Jatuh cintalah pada sosok yang menganggap dirimu istimewa, bahkan ketika orang lain tidak menganggap dirimu berharga. Jatuh cintalah pada sosok yang mampu melihat hatimu, bahkan ketika dirimu selalu berusaha menutupi luka yang sedang kau rasakan. Jatuh cintalah pada sosok yang mampu menerima kekuranganmu, keanehanmu, bahkan hal paling menjengkelkan yang pernah kamu lakukan. Jatuh cintalah pada sosok yang siap berjuang untuk mendapatkanmu, sebesar dan seberat apapun rintangan yang harus dilalui. Jatuh cintalah pada sosok yang benar-benar siap menerima kamu; hidup dan ragamu. Jatuh cintalah pada sosok yang selalu ada dalam suka maupun duka. Ia yang benar-benar mencintaimu tidak akan menyerah karena keadaan dan waktu.  Kuharap sosok itu adalah ia yang telah kutemukan sekarang; Kamu. -M

Jangan Pergi.

Kalau kamu bertanya padaku, mengapa aku tidak marah padamu. Atau mengapa aku tidak membencimu. Jawabannya hanyalah satu,  karena aku mencintaimu. Mungkin aku atau kamu merasa bahwa ini bukan lagi cinta,  tapi kitalah yang menghianati cinta itu. Lantas,  apa yang perlu aku lakukan? Aku hanya bisa memberitahumu akan kebenaran.  Meskipun aku tahu, aku juga melakukan kesalahan. Mungkinkah karena aku yang terlalu mencintaimu? Atau malah sebaliknya? Kamu yang terlalu mencintaiku? Lalu, ketakutan yang selama ini kau lihat dimataku hanyalah.. Apakah kita rela jika nantinya bukan 'kita'  yang ada di masa depan? Bukan kamu yang bersanding di hidupku. Dan bukan aku yang bersanding di hidupmu. Akankah kita merelakannya? Maka dari itu, aku berpesan padamu. Kumohon,  jangan hilang. Jangan hilang tanpa meninggalkan jejak lagi.