Skip to main content

Angin, dengarkanlah aku.

 Jumat, 11 Juli 2014.

Jikalau mereka mengatakan hidup di bawa mengalir. Bagiku, ini sudah mengalir terlalu jauh. Aku sampai tidak tahu kemana arahku pergi.
Jikalau mereka mengatakan semua pasti ada jawaban, hingga saat ini hidupku sangat buntu dalam menemukan jawaban itu.
Jikalau mereka diberi kecukupan, tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik.  Bagiku,  mereka adalah orang bodoh.
**
Gelap dan Suram.
Aku merasakannya hari ini. Hingga detik ini. 

Masalah yang kian hari berlomba mengitari hidupku, tanpa adanya 'rem' untuk mengendalikannya.
Aku butuh kebebasan. Sungguh. Aku muak dengan semua ini. Mengapa selalu aku? 
Aku merasa kehilangan orang-orang yang kusayangi. Kehilangan rasa peduli, kehilangan sosok pelindung, kehilangan kepercayaan, terutama kehilangan penyemangat yang mampu memberikanku dukungan untuk masa depanku.
Jiwa mereka telah pergi. Terbawa oleh hembusan angin, yang hanya meninggalkan rasa dingin yang begitu 'menusuk' relung hatiku. 

Pertama.
 Aku baru saja merasakan kehilangan sahabat. Aku merasa tidak dianggap olehnya. Hanya karena masalah sepele, dengan cepat aku membuat keputusan. Dia telah melupakanku. Apa makna diriku untuknya? Persahabatan yang telah kami rajut sejak duduk di bangku SMP, tidak berarti apa-apa untuknya. Dengan sempurna, ia menutup itu semua dengan rapat. Seolah, tidak ada kejadian apapun. 
Seolah aku tidak merasakan kesakitan apapun. 
Kedua. 
 Aku merasa kehilangan sosok kakak dalam hidupku. Sosok pria yang kusayangi. Mengapa dirinya berbeda saat kami tidak bertemu muka? Kenyataan memang selalu terbalik. Ia menjauh dariku untuk kesekian kalinya. Padahal, aku mengira tali 'persaudaraan' kami akan selalu erat terjaga sampai kapanpun.

Ketiga.
Tujuan hidupku selalu ditentang oleh mereka.  Mereka selalu meragukan pilihanku.
'Apa yang akan kamu peroleh dari pilihanmu itu?'
'Memang tidak ada yang lain? Mengapa harus itu?'
'Coba pilih yang lain.'
'Jangan egois.'

Perih rasanya. Aku seperti kehilangan arah hidup.

"Bagiku yang paling menyakitkan ialah, ketika seseorang melarangmu memilih tujuan hidupmu. "
Mereka selalu menuntutku untuk menjadi seperti apa yang mereka mau. Memang, pilihan mereka jauh lebih baik daripada pilihanku. Namun aku tidak mampu memenuhinya. Sulit bagiku untuk menerima pilihan yang mereka ajukan. Aku telah berusaha untuk menyukai dan memahami kemauan mereka. Berkali-kali aku mencoba, tapi gagal.  Aku belum bisa.
Aku lelah. Mereka mengatakan aku orang yang egois. Namun, yang kurasakan dunia lebih egois. Mengapa semua harapan yang telah ku impikan sejak dulu, perlahan memudar ditelan waktu?
Salahkah aku jika aku ingin merasakan kebahagiaan? 
Kebahagiaan dan keberhasilan yang berasal dari keinginanku sendiri.

Angin, Bisikanku arah kemana aku harus pergi. Bawalah aku sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Menemukan tujuan hidupku. Yang mampu menyembuhkan 'luka', yang telah lama membuatku menderita.

Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t...

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel...

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat ...