Skip to main content

Bagaikan seekor burung kehilangan sangkarnya.

Kamu adalah awal sebuah perjalanan
Dimana aku mampu menemukan arah dan tujuan
Menuju sebuah lembah kebahagiaan

Kamu adalah sebuah roda
Yang menanamkan poros dalam kehidupanku
Bayanganmu melintas di tiap sisi pikiranku.

Dirimu hadir dalam hidupku
Mengisi setiap hari-hariku yang terasa semu
Menghiburku dengan aksi lucumu
Yang mampu mengundang tawa banyak orang
Termasuk aku.

Kamu.
Kedekatan kita sangatlah singkat.
Berkenalan, bercerita, hingga akhirnya menjadi dekat.
Menciptakan kenangan diantara kita
Memang, kamu adalah orang yang usil
Bahkan terkadang membuatku geram akan tingkah lakumu
Namun kamu pula yang menjadi 'sangkar'
Tempatku berlindung dari mereka yang menjatuhkanku

Dulu, kita adalah sahabat.
Kini, kita tetap sahabat. Ya, kamu adalah sahabatku.
Dunia boleh menolakmu. Bahkan sesamamu juga mencemooh dirimu.

Tapi percayalah, kamu tetap berada dihatiku.
Aku menyayangimu.

Bagimu, ini merupakan hal yang berlebihan
Aku benar-benar merindukanmu.
Bak seekor burung merindukan induknya

Kamu sudah terlampau jauh meninggalkanku
Hingga sulit kucari
Sisa-sisa kebersamaan kita

Aku pernah berkata:
'Aku berjanji akan melepaskanmu jika kamu sudah memperoleh kebahagiaanmu.
Suatu hari nanti, dan bukan hari ini.'
Ya. Bukan hari ini.
Entah sampai kapan aku bisa melakukannya

Karena mungkin melupakanmu merupakan hal yang paling sulit
Mulutku memang mengucapkan hal itu dengan sempurna
Namun hatiku?
Aku tidak mampu berbohong.

Terkadang aku menganggap
Kamu adalah sebuah mimpi
Yang tercipta begitu jelas dalam pikiranku
Dan lenyap begitu saja tanpa meninggalkan jejak

Siapakah kamu?
Apa tujuanmu sebenarnya?
Beritahulah. Sebelum aku melanjutkan perjalananku lebih jauh.
Karena kehilangan orang yang ku sayangi
Bagaikan seekor burung kehilangan sangkarnya.

Serpong, 19 Juli 2014.

Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t...

Walk Away - Dilaika Septy

Judul                :  Walk Away Penulis             :  Dilaika Septy Penerbit           :  Bentang Belia ( PT. Bentang Pustaka ) Terbit               :  November 2012 ISBN               :  978-602-9397-57-4 Tempat Terbit  :  Yogyakarta Tebal Buku      : VIII + 204 hlm ; 19cm Harga              :  Rp 27.000,00 Watching you walk away, i think it's time to say goodbye, my dear...     Bagaimana perasaanmu saat seorang temanmu sama sekali nggak pernah ada dalam mood yang baik bersamamu? Selalu saja timbul amarah diantara kalian berdua, seolah-o...

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel...