Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Celoteh Calon Mahasiswi.

Ini adalah sebuah awal-ku memulai perjalanan baru menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswi Hidup yang nyata, Penuh realita. Perjalanan jauh akan di mulai dalam hitungan hari. Panas terik—  menghasilkan peluh yang membasahi raga Celaan bahkan teguran , yang mungkin saja dapat terlontar Demi masa depan yang lebih cerah Aku teringat masa-ku di putih abu-abu Rasa takut pernah menggerogoti seluruh jiwaku Khawatir, bahkan tak percaya diri. Terkadang, aku  perlu melewati jatuh-bangun , demi pengorbanan seorang diri. Seiring berjalannya waktu,  Aku mampu melewati kerikil-kerikil tajam; berupa tantangan maupun cobaan Yang kapan saja dapat membuatku terjatuh dalam kegelapan. Kini aku mengerti,  Hidup adalah ilmu yang mengajariku Memahami arti sebuah kenyataan Pahit-manisnya hidup , Bukan lewat mata yang melihat-nya Sebab,  Hidup bukanlah sebuah opera Yang penuh drama bahkan ilusi. Hidup memang tak mudah untuk dijam

Wajah Ungu.

Sepekan bukan waktu yang lama untukku tidak bertatap muka Namun sepekan terasa begitu panjang untukku tidak bertegur sapa Dengan dia, pemilik wajah ungu Wajahnya rupawan,namun hatinya dingin Kepekaan-nya masih tersembunyi, dibalik relung hati yang lirih. Jangan heran, Ego-nya saja tertinggal di atas ubun-ubun Bagaimana jiwa dan hatinya? Terombang -ambing oleh angin kedustaan Yang dinginnya menembus dinding kedamaian hati Aku tak habis pikir Dunia terlalu sempit untuknya mengenal arti kebenaran Nurani-nya terbutakan oleh nafsu Yang bisa saja mengancam-nya, kapan waktu. Sejak langit bersentuhan dengan bumi Sejak akar berdarah daging dengan tanah Sejak matahari berangkulan dengan bulan Sejak itulah.. Aku tak pernah tahu, kemana arah hidupnya.   Serpong, 23 Juli 2015 .  

Aku Pernah Mencintai Hujan.

Dulu,  Aku pernah mencintai hujan  Kemudian dibuat benci oleh aroma -nya Bagiku, Aroma hujan hanya mengirimkanku Ke dalam sebuah ingatan yang memukul dinding masa lalu. Hujan hanya membawa luka dan kesedihan semata.  Langit biru menjadi gelap, Terselimuti tebalnya awan hitam Dan membawa ribuan butir kenangan pahit ke bumi Namun sejak bertemu denganmu,  Hujan selalu menemani kebersamaan kita Entah karena ia ikut bahagia melihat kita, Atau sebaliknya.  Aku sadar ketika hujan datang, Kamu ada di sampingku,  Ada kehangatan yang melindungi  Seperti mentari yang senantiasa  menghangatkan tubuh Jadi aku tak perlu takut kedinginan. Kita bercengkramah, ditemani segelas coklat panas hingga melebur dalam canda tawa sambil  menunggu hujan itu reda. Dan aku menyukainya. Kini,  Saat hujan datang,  kamu tak ada disini.  Jangan membuatku kembali membenci hujan. Karena itu sama saja, Aku harus kembali  kehilangan Mentari dalam hidupku