Skip to main content

Hidup dalam Mimpi.

Aku sempat bertanya kepada-Nya, 
Apakah setiap detik yang kulewatkan bersamamu, 
adalah sebuah takdir atau hanya kebetulan belaka?
Canda-tawa, tangis-amarah,  
Bahkan gerak-gerikmu
 yang masih terekam nyata dalam memori ingatanku
Semua itu, aku bungkus dengan rapi dalam sekotak rindu
 Hingga suatu hari  Tuhan memberi jeda, 
diantara aku dan kamu.
Benarkah ini nyata? 

Tahukah kamu,  
Di setiap doaku yang berakhir dengan menyebut namamu, 
Tuhan menemukan aku denganmu lagi.
Kau datang sambil mendekapku dalam pelukanmu
Begitu hangat dan menenangkan.
Lalu  aku menangis dalam diamku.

Aku benar-benar yakin itu kamu
Wangi tubuhmu, wajahmu, dan senyuman darimu.
Aku masih mengingatnya dengan jelas. 
Aku sadar bahwa kamu hidup dalam mimpiku.

Itukah kamu? 
Bolehkah kamu datang lagi dalam mimpiku, 
dan memberi pelukan sedikit lebih lama
Untuk sekedar menghibur batinku, 
Yang sedikit terguncang tanpa kamu. 

Jika mimpi adalah perantara kita
Aku ingin menikmati tidur panjangku
agar aku bertemu denganmu lebih lama.

Aku merasa perlu memberitahu ini sekali lagi:
Aku cinta kamu, selamanya. 

Jangan pernah  lupa.

Serpong, 5 Agustus 2016.

Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel      Novel “Lukisan Hujan” mengangkat cerita tentang kehidupan Diaz Hanafiah – cowok keturunan Hanafiah Group yang kaya raya dan terkenal, bagian dari  sosialita Jakarta. Orang tuanya merupakan pemilik “Hanafiah Group”, namun Diaz merupakan cowok yang bersikap dingin dan cuek. Karena kesederhanaan yang ditunjukan, dia sering diolok-olok karena tidak se- elite dan se- glamour sepupu-sepupunya.     Dimulai dari kedatangan tetangga baru seorang cewek bernama Sisy yang menggemparkan teman-temannya di komplek Bintaro Lakeside. Diaz yang awalnya penasaran akhirnya malah berkenalan di suatu

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat