Skip to main content

Jika kelak kamu membacanya.

Kau tahu?
Aku bukan termasuk wanita yang blak-blakan.
Aku tidak seberani wanita lain dalam mengungkapkan perasaan.
Mungkin,  aku bisa disebut sebagai wanita yang tidak percaya diri.
Pemalu,  tepatnya.
Bahkan untuk mengakui bahwa aku rindu padamu saja,  mulutku enggan berbicara.
Maka dari itu,  aku lebih suka mengungkapkan lewat sebuah tulisan.

Bukan,
bukan karena aku sedang bergurau.
Hanya saja,
Aku malu mengakui perasaanku,
Aku takut kau malah memilih pergi karena merasa risih.

Kau tahu?
Ketika pertama kali aku mengenal dirimu, aku merasa kamu itu berbeda.
Dari caramu memandangku,  menatap mataku,  bahkan memanggil namaku.

Kau tahu?
Sejak awal aku ragu, apakah ucapanmu itu betul betul nyata?
Ketika kamu mengatakan kau akan melamarku?
Atau ketika kamu mengatakan hatimu telah tertutup untuk satu wanita?
(Dan ku harap wanita itu adalah aku)
Haha,
mungkin kamu hanya sedang bergurau,
namun aku menganggap itu sungguhan.
(Dan kuharap memang sungguhan)
Ketika kedua kalinya kamu mengakui,
bahwa kamu ingin serius denganku.
Bahkan kamu bertanya apakah aku mau?
Ya,  tentu saja aku mau.
Jika kamu mengucapkan nya dari dasar hatimu.

Namun,
mengapa kamu seolah ragu?
Semua ungkapanmu kau sangkal dengan sebuah candaan.
Padahal,
apakah kau tahu?
Ketika kamu mengucapkan hal itu padaku,   hatiku sungguh bahagia.
Sungguh.
Ucapanmu bagaikan obat,
yang mampu menyembuhkan seluruh luka lamaku.

Boleh jadi,
Kau menganggapku wanita aneh.
Akan tetapi,
aku tak peduli akan reaksimu,
jika kamu melihat senyum bahagiaku dan kemudian menyangka aku terlalu berambisi ;
Berambisi untuk bisa bersanding dengan dirimu kelak.
Namun aku sungguh menghargai setiap usaha yang orang lain lakukan untuk mengungkapkan perasaannya terhadapku.
Tetapi tidak semua pria seberuntungmu.

Kau tahu? 
Kau satu-satunya pria yang mampu membuka pintu hati yang sudah kututup rapat-rapat sejak masa kelamku dulu.
Kau yang mengenali padaku arti sebuah kepercayaan.
Kepercayaan bahwa tak ada yang berniat saling menyakiti.
Sejak saat itulah,
aku kembali memberanikan diri untuk menerimamu di hidupku.

Kau tahu?
Perasaanku ketika kamu menghilang tanpa memberi sedikit pun kabar?
Campur aduk!
Bahkan aku tidak bisa menahan emosiku yang bergejolak.
Resah,  gelisah,  khawatir.
Namun aku berusaha menenangkan diriku.
Berdoa agar kamu selalu dalam keadaan baik.

Lambat laun aku menyadari,
Aku bukan siapa-siapamu; belum menjadi bagian penting dari hidupmu.
Bahkan,  aku tak memiliki hak untuk mengatur hidupmu.
Yang ku bisa lakukan hanyalah,  memberimu kebebasan untuk menggali bakatmu; tenggelam dalam kesibukanmu.
dan ku berdoa yang terbaik untukmu.

Tahukah kamu?
Pintaku pada-Nya hanyalah sederhana.
Jika kamu benar-benar tulus mencintaiku,
ku harap kamu bisa membuktikan ucapanmu padaku.
Tolong,  jangan membuatku kecewa untuk kesekian kalinya pada seorang pria.
Karena yang kutahu,
Kamu itu berbeda dari pria lainnya.
Kamu;
Pria yang berhasil membuatku jatuh cinta lagi.
-M


Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel      Novel “Lukisan Hujan” mengangkat cerita tentang kehidupan Diaz Hanafiah – cowok keturunan Hanafiah Group yang kaya raya dan terkenal, bagian dari  sosialita Jakarta. Orang tuanya merupakan pemilik “Hanafiah Group”, namun Diaz merupakan cowok yang bersikap dingin dan cuek. Karena kesederhanaan yang ditunjukan, dia sering diolok-olok karena tidak se- elite dan se- glamour sepupu-sepupunya.     Dimulai dari kedatangan tetangga baru seorang cewek bernama Sisy yang menggemparkan teman-temannya di komplek Bintaro Lakeside. Diaz yang awalnya penasaran akhirnya malah berkenalan di suatu

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat