Hei kamu,
Apa kabarmu saat ini?Apa dirimu dalam keadaan baik-baik saja? Ya, dengan segala keadaan saat ini tentu saja. Haha. Aku harap kamu membaca tulisanku ini. Aku? Aku baik. Seperti yang kamu lihat, aku selalu tampil baik di depan umum. Memasang wajah ceriaku sebisa mungkin di depan mereka termasuk kamu. Tapi, kamu tahu bukan? Sejak dulu aku tidak mampu berpura-pura apalagi soal perasaan yang kualami. Aku tahu, kamu pasti sudah tahu bahwa aku selalu berbohong ketika menatap matamu dengan penuh senyuman. Asal kau tahu, aku hanya sedang menyembunyikan luka pada saat itu. Lantas, bagaimana keadaanmu saat ini? Sejak kamu pergi, aku tak pernah mendapat kabar lagi darimu. Terakhir kali aku melihatmu di fotomu bersama keluarga. Bagaimana perayaan Natalmu tahun ini tanpaku? Kau bahagia? Hanya kamu yang tahu. Entah, sudah berapa lama aku tak mendengar suaramu. Suara khas mu saat meneleponku untuk sekedar menanyakan kabar. Suara khasmu saat berkata bahwa pulsamu habis hanya untuk meneleponku. Ah, mungkin kamu sudah lupa itu. Tapi aku masih mengingat semuanya. Dengan sangat amat jelas. Kini, apakah kamu masih menyimpan nomorku di ponselmu? Ya, mungkin masih tapi kamu memilih enggan untuk menghubungiku. Apakah kamu masih sering mengecek keadaanku? Entah lewat foto atau tulisanku? Jangan khawatir, aku masih menyimpan nomermu. Dan sesekali aku masih suka memperhatikanmu di dunia maya. Jadi, sewaktu-waktu kamu merindukanku atau ingin mendengar suaraku, kamu bisa meneleponku kapan waktu. Aku akan menjawabnya. Ya, mungkin aku akan sekuat tenaga menahan tangisku saat mendengar suaramu. Agar suaraku tidak terdengar serak dan kamu tidak mencurigaiku habis menangis. Bukan, bukan tangis karena dendam. Bukan sama sekali. Melainkan tangisku pecah karena rindu. Sesederhana itu. Ya, aku tak ingin kau mengkhawatirkanku. Aku tak ingin menambah beban di hidupmu. Maka dari itu, aku selalu menghindarimu. Oh ya, jika suatu hari nanti kamu ingin menghubungiku, teleponlah aku. Jika kau merasa takut, kirim saja pesan singkat lewat chat, misalnya. Aku akan membalasnya tanpa ragu. Percayalah, sebesar apapun usahamu agar aku membencimu itu tidak pernah berhasil merubah kebaikanku pada orang lain. Kecuali jika orang itu memang sudah tak lagi menghargai keberadaanku. Tapi kamu tenang saja. Aku bukanlah wanita yang seburuk itu. Ribuan cara kamu tunjukkan didepanku agar aku menjauhimu dan melupakanmu itu tak lagi ampuh. Bukan, bukan karena aku keras kepala seperti katamu. Bukan juga karena keegoisanku. Melainkan, hatiku yang tidak pernah sanggup untuk membalas segala perbuatan buruk yang dilakukan orang lain secara sengaja maupun tidak sengaja kepadaku. Sungguh, aku tak pernah mampu meski kamu memaksanya sekalipun. Yang terpenting adalah, jika kamu butuh aku, datanglah seorang diri. Jangan membawa siapa-siapa termasuk wanita yang kamu sukai. Jangan juga mengaku-ngaku bahwa ia teman terbaikmu dan paling spesial dihidupmu maka harus ada dia disampingmu setiap saat. Jangan pernah, kumohon. Dan jika kamu butuh kehadiranku atau pertolonganku, mintalah secara langsung kepadaku. Jangan melalui temanku, maupun temanmu sebagai perantara. Datanglah secara jantan tanpa bantuan siapapun.
Sebab hubungan ini diawali dari kita berdua dan (seharusnya) diakhiri oleh kita berdua. Dan jika kamu ingin meminta maaf, datanglah secara sungguh- sungguh kehadapanku. Jangan melalui perantara atau membawa orang lain untuk menolongmu. Datanglah seorang diri, niscaya hati kecilku akan mengampunimu. Aku percaya, kamu adalah orang yang baik. Seperti yang dirimu yakini, bukan? Maka, kumohon. Jangan pernah bermain-main lagi dengan hati. Apalagi hati perempuan. Rentan sekali soalnya. Karena butuh waktu yang sangat lama dengan susah payah seorang wanita untuk melupakan sosok yang ia cintai. Termasuk aku padamu.
Pesanku, jaga dirimu baik-baik dan lakukan yang memang benar, bukan menurutmu saja itu benar, tapi benar untuk orang lain dan bagi-Nya tentunya. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Ingat itu. Dan kuharap sebaliknya.
Serpong, 26 Desember 2017
Salam terhangat,
Dari orang yang (pernah) tinggal di hatimu,
M.
Apa kabarmu saat ini?Apa dirimu dalam keadaan baik-baik saja? Ya, dengan segala keadaan saat ini tentu saja. Haha. Aku harap kamu membaca tulisanku ini. Aku? Aku baik. Seperti yang kamu lihat, aku selalu tampil baik di depan umum. Memasang wajah ceriaku sebisa mungkin di depan mereka termasuk kamu. Tapi, kamu tahu bukan? Sejak dulu aku tidak mampu berpura-pura apalagi soal perasaan yang kualami. Aku tahu, kamu pasti sudah tahu bahwa aku selalu berbohong ketika menatap matamu dengan penuh senyuman. Asal kau tahu, aku hanya sedang menyembunyikan luka pada saat itu. Lantas, bagaimana keadaanmu saat ini? Sejak kamu pergi, aku tak pernah mendapat kabar lagi darimu. Terakhir kali aku melihatmu di fotomu bersama keluarga. Bagaimana perayaan Natalmu tahun ini tanpaku? Kau bahagia? Hanya kamu yang tahu. Entah, sudah berapa lama aku tak mendengar suaramu. Suara khas mu saat meneleponku untuk sekedar menanyakan kabar. Suara khasmu saat berkata bahwa pulsamu habis hanya untuk meneleponku. Ah, mungkin kamu sudah lupa itu. Tapi aku masih mengingat semuanya. Dengan sangat amat jelas. Kini, apakah kamu masih menyimpan nomorku di ponselmu? Ya, mungkin masih tapi kamu memilih enggan untuk menghubungiku. Apakah kamu masih sering mengecek keadaanku? Entah lewat foto atau tulisanku? Jangan khawatir, aku masih menyimpan nomermu. Dan sesekali aku masih suka memperhatikanmu di dunia maya. Jadi, sewaktu-waktu kamu merindukanku atau ingin mendengar suaraku, kamu bisa meneleponku kapan waktu. Aku akan menjawabnya. Ya, mungkin aku akan sekuat tenaga menahan tangisku saat mendengar suaramu. Agar suaraku tidak terdengar serak dan kamu tidak mencurigaiku habis menangis. Bukan, bukan tangis karena dendam. Bukan sama sekali. Melainkan tangisku pecah karena rindu. Sesederhana itu. Ya, aku tak ingin kau mengkhawatirkanku. Aku tak ingin menambah beban di hidupmu. Maka dari itu, aku selalu menghindarimu. Oh ya, jika suatu hari nanti kamu ingin menghubungiku, teleponlah aku. Jika kau merasa takut, kirim saja pesan singkat lewat chat, misalnya. Aku akan membalasnya tanpa ragu. Percayalah, sebesar apapun usahamu agar aku membencimu itu tidak pernah berhasil merubah kebaikanku pada orang lain. Kecuali jika orang itu memang sudah tak lagi menghargai keberadaanku. Tapi kamu tenang saja. Aku bukanlah wanita yang seburuk itu. Ribuan cara kamu tunjukkan didepanku agar aku menjauhimu dan melupakanmu itu tak lagi ampuh. Bukan, bukan karena aku keras kepala seperti katamu. Bukan juga karena keegoisanku. Melainkan, hatiku yang tidak pernah sanggup untuk membalas segala perbuatan buruk yang dilakukan orang lain secara sengaja maupun tidak sengaja kepadaku. Sungguh, aku tak pernah mampu meski kamu memaksanya sekalipun. Yang terpenting adalah, jika kamu butuh aku, datanglah seorang diri. Jangan membawa siapa-siapa termasuk wanita yang kamu sukai. Jangan juga mengaku-ngaku bahwa ia teman terbaikmu dan paling spesial dihidupmu maka harus ada dia disampingmu setiap saat. Jangan pernah, kumohon. Dan jika kamu butuh kehadiranku atau pertolonganku, mintalah secara langsung kepadaku. Jangan melalui temanku, maupun temanmu sebagai perantara. Datanglah secara jantan tanpa bantuan siapapun.
Sebab hubungan ini diawali dari kita berdua dan (seharusnya) diakhiri oleh kita berdua. Dan jika kamu ingin meminta maaf, datanglah secara sungguh- sungguh kehadapanku. Jangan melalui perantara atau membawa orang lain untuk menolongmu. Datanglah seorang diri, niscaya hati kecilku akan mengampunimu. Aku percaya, kamu adalah orang yang baik. Seperti yang dirimu yakini, bukan? Maka, kumohon. Jangan pernah bermain-main lagi dengan hati. Apalagi hati perempuan. Rentan sekali soalnya. Karena butuh waktu yang sangat lama dengan susah payah seorang wanita untuk melupakan sosok yang ia cintai. Termasuk aku padamu.
Pesanku, jaga dirimu baik-baik dan lakukan yang memang benar, bukan menurutmu saja itu benar, tapi benar untuk orang lain dan bagi-Nya tentunya. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Ingat itu. Dan kuharap sebaliknya.
Serpong, 26 Desember 2017
Salam terhangat,
Dari orang yang (pernah) tinggal di hatimu,
M.
Comments
Post a Comment