Skip to main content

Tanpa Kamu Disini.


Aku tahu, bahwa kita seharusnya sudah menjadi bagian masa lalu. Maaf, kuralat. Maksudku, aku seharusnya sudah menjadi bagian masa lalumu. Tapi mengapa kamu masih saja datang ke dalam mimpiku? Apakah kamu merindukanku? Ataukah sebaliknya. Tadi malam, aku bertemu denganmu lagi. Setelah sekian lama aku menantikan kehadiranmu lagi dalam mimpiku. Kamu, seperti biasa memelukku dengan erat. Sangat erat sampai aku kehabisan nafas. Tanpa mengatakan satu katapun. Aku tak ingat jelas bagaimana alurnya, akan tetapi tiba-tiba kamu kecewa karena suatu hal yang kulakukan padamu. Lalu kamu pergi dan menghilang. Lenyap. Kemudian aku terbangun dari tidur panjangku dan kembali mengingatmu. Kamu. 
Bagaimana ya kabarmu hari ini? Aku ingin sekali mendengar suaramu. Beberapa kali aku menahan diri untuk menghubungimu. Sebab aku tahu, kamu mungkin tak akan menjawabnya. Beberapa kali aku selalu menolak hati kecilku untuk memanggil namamu lagi. Tapi ia tetap saja melakukannya. Kamu. Lagi lagi namamu yang hatiku sebut. Ia ingin sekali mendengar suaramu. Atau sekedar mengetahui kabarmu saat ini. Sekali lagi bukan aku yang memaksanya, tapi itu semua keinginan hati kecilku.
Entah mengapa, untuk melewati akhir tahun ini terasa begitu berat. Dan apa yang terjadi hari ini tidak pernah kurencanakan sebelumnya. Tiba-tiba saja waktu mempertemukan kita dan kemudian memisahkan kita tanpa memberi kita kesempatan untuk menikmati sebuah kebersamaan.  Apalagi kehilangan kamu. Tak pernah kupikirkan sebelumnya. Entah sudah tahun ketiga aku melewati tahun baru dan itu tanpamu. Padahal, sudah jauh-jauh hari sebelum hari kemalangan itu tiba. Hari dimana kamu memutuskan untuk berpisah dariku. Aku sudah berencana utnuk menghabiskan akhir tahunku denganmu. Melihat keindahan kembang api yang menghiasi langit, mendengarkan kemeriahan sorak-sorai pergantian tahun, meniup terompet, atau menghabiskan waktu dengan bbq-an bersama. Ya, bersamamu. Tapi, semua angan itu telah aku kubur dalam-dalam. Bahkan, hingga aku tak merasakan lagi indahnya pergantian tahun. Kini, tahun baruku terasa sepi dan kosong. Berat memang untuk mengesampingkan masa lalu. Seolah, bangunan yang sudah kita bangun bersama selama dua tahun belakangan, telah kamu hancurkan dalam sekejap.
Hancur. Tidak bersisa. Dan kini, aku harus berjuang sendiri untuk menatanya lagi. Tentu saja, tanpa kamu disini.

Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t...

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel...

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat ...