Ibuku pernah berkata, saat kamu berbuat baik pada orang orang disekelilingmu saja, mereka bisa saja tidak menghargai kebaikanmu. Apalagi jika kamu berbuat jahat padanya? Ya, aku tidak pernah menyangkal pernyataan tersebut. Memang itu sangatlah nyata. Saat aku berusaha untuk peduli dengan orang disekitarku, terkadang orang tersebut tidak menyadarinya. Sebab ia hanya menganggap apa yang aku lakukan hanyalah hal kecil yang tidak berarti untuknya. Awalnya aku berpikir, seharusnya aku berhenti menolong orang-orang seperti itu. Hingga suatu hari niatku disangkal oleh hati nuraniku sendiri. Aku harus tetap berbuat baik pada orang-orang disekitarku. Ya, sakit memang rasanya. Saat kita mencoba untuk berbuat baik, terkadang balasan yang diperoleh tidaklah setimpal. Bukan, bukan berarti kita bersikap pamrih. Ibarat kata, kamu telah dilukai berulang kali oleh orang lain, tapi kamu tak pernah berhenti untuk menolongnya. Bahkan disaat dirimu sendirilah yang seharusnya kamu tolong terlebih dahulu, dirimu lebih mementingkan kepentingan orang lain. Setiap manusia memang memiliki keinginan. Aku? Kini, aku tak memiliki harapan apapun kecuali ingin menjadi berkat untuk orang orang disekitarku. Dikucilkan, diabaikan, tak dianggap, diusir, dijauhkan, bahkan dihindari demi kebaikan mereka katanya. Aku tetap menerima kehadiran mereka, sebagaimana adanya. Aku tetap ingin menjadi penghibur bagi mereka yang merasa sedih. Aku ingin menjadi pelita bagi mereka yang terjebak dalam kegelapan. Aku ingin menjadi berkat bagi mereka yang berkekurangan. Aku ingin merangkul mereka bagi mereka yang terjatuh. Aku akan terus berusaha membuat orang-orang disekitarku bahagia karenaku. Meski mereka tidak menyukaiku, setidaknya mereka dapat menerima dan menyadari akan kehadiranku. Meskipun pada akhirnya perbuatanku hanyalah sia-sia dimata mereka. Sebab mereka tak akan pernah berubah. Tetap setia pada egonya. Begitupula denganku, setia dengan segala kebaikanku.
-M
-M
Comments
Post a Comment