Tidak dapat dipungkiri bahwa kini
nilai-nilai kehidupan, termasuk nilai-nilai kristiani, menjadi patokan banyak
orang untuk melakukan segala sesuatu. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak,
bukan konkret. Nilai hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan juga dihayati. Namun,
bagaimana kita memaknai nilai kehidupan tersebut?
Terkadang kita sulit untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan kita, khususnya melalui pikiran. Jika
pikiran kita bekerja pada satu arah, ia akan membawa kita kepada kemajuan dan keberhasilan.
Namun, sering kali pikiran kita mengantarkan seseorang kepada sebuah kegagalan.
Contohnya, pada saat saya menghadapi sebuah permasalahan sehingga prestasi saya
di sekolah menurun dan orang tua memarahi saya. Terkadang, kita berpikir bahwa
sikap orang tua yang memarahi kita dikarenakan mereka tidak mengasihi kita, dan
pada akhirnya pikiran itu yang membuat mental kita semakin down. Seharusnya, pada saat kita menerima suatu masalah, kita harus
merenungkan masalah itu terlebih dahulu sebagai bagian dari introspeksi diri kita.
Setelah saya merenungkannya, barulah saya menyadari perbuatan yang saya lakukan
adalah hal yang salah.
Menyesali perbuatan yang telah dilakukan
hanya membuang-buang waktu yang berharga dalam hidup kita. Jika perbuatan
tersebut membawa pengaruh baik kepada kehidupan kita dan orang lain, lakukan
perbuatan itu secara berulang, maka kita akan memperoleh manfaatnya. Jika kita
berpikir baik, maka kata-kata yang orang tua ucapkan dapat dijadikan sebagai motivasi kita
kedepannya dan belajar lebih giat.
Selain pikiran, terkadang kita tidak
menyadari bahwa tutur kata menggambarkan siapa sebenarnya orang itu. Dalam realita
kehidupan kita sehari-hari sering kali kita mendengar makian,sumpahan,
fitanahan, ejekan, serta hal-hal negatif lainnya yang keluar dari mulut kita.
Biasanya, banyak orang yang melontarkan kata-kata tidak pantas untuk
diungkapkan, baik di dunia maya maupun secara langsung. “Bego lu, sh*t, Anjing lu, Gue sumpahin lo
jadi..” dan ungkapan lainnya yang mengandung unsur negatif sering kali
terlontar dari mulut kita dan menganggapnya itu merupakan hal yang biasa. Saya
juga termasuk orang yang terkadang tidak sengaja melontarkan kata-kata kasar
dalam keadaan stres menghadapi masalah maupun pada saat membenci orang lain.
Terkadang dengan melontarkan kata-kata
tersebut, banyak orang berpikir termasuk saya bahwa orang lain akan menganggap
kita sebagai orang yang ‘keren’ dan ‘gaul’. Tetapi ternyata, pemikiran itu
salah. Lidah kita memegang peranan penting dalam hidup manusia. Walaupun lidah
hanya bagian kecil dari tubuh kita, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang
besar. Pada saat kita secara sengaja ataupun tidak sengaja melontarkan
kata-kata yang kurang pantas terhadap orang lain, maka kita akan menyakiti
mereka dan menimbulkan permasalahan baru. Sudah sepatutnya sebagai orang bijak,
kita menjaga ucapan kita, agar dalam setiap kata yang terlontar dalam ucapan
kita, nama Tuhan ikut dimuliakan.
Melalui tindakan, kita juga dapat
menerapkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan kita. Dengan mempraktikan
kasih salah satunya. Mengasihi sesama kita tidak hanya lewat perasaan, namun
dengan tindakan. Sebagai pelajar, pastinya kita memperoleh ilmu setiap harinya.
Namun, apakah dengan memperoleh ilmu saja cukup? Kita dapat menerapkan kasih
itu dengan cara, memberitahu ilmu yang kita peroleh kepada teman-teman yang
tidak mengetahuinya. Terkadang, untuk menerapkan ini banyak tantangan yang
harus dihadapi. Tidak sedikit orang yang enggan mengajari temannya hanya
dikarenakan takut “kalah saing”.
Kalah saing yang dimaksud ialah dalam
prestasi di kelas. Mereka sering menghawatirkan jika mereka mengajari temannya,
maka temannya menjadi lebih mengerti dan prestasinya akan menjadi lebih unggul.
Ternyata pandangan seperti itu merupakan hal yang salah. Menurut pengalaman
saya, saat saya mengajari teman – teman yang kurang mengerti materi yang
diberikan, saya akan menjadi lebih memahami materi tersebut. Sehingga saya
lebih yakin dalam mengerjakan tugas maupun ulangan yang ada.
Apa yang kita berikan kepada orang lain dengan
tulus dan iklas, kita akan peroleh hasil yang baik dan dilimpahkan oleh-Nya.
Saya bersyukur kepada Tuhan, karena hingga saat ini hasil yang saya peroleh
mendapatkan hasil yang baik.
Bagaimana
dengan mengasihi musuh? Tuhan berkata bahwa kita harus mengasihi sesama kita
seperti kita mengasihi-Nya. Namun, sering kali orang-orang yang kita percaya,
diam-diam menyimpan dendam kepada kita. Mungkin di depan kita, ia bersikap baik
dan santun, tetapi di belakang kita ia tidak membicarakan kebaikan kita,
melainkan melihat dari sisi keburukan saja. Lalu apa yang perlu kita lakukan?
Tetaplah mengasihi teman kita dengan setulus hati. Bahkan, doakanlah
orang-orang yang menganiaya atau menyakiti kita. Karena, pada saat kita
mengampuni orang lain, kita juga akan diampuni.
Sering
kali kita terjebak dalam memaknai setiap nilai kehidupan yang ada. Seolah-olah
hal-hal negatif lebih ditonjolkan dalam hidup kita dibandingkan hal-hal
positif. Dalam hal ini, saya diajarkan untuk lebih memahami apa arti sebuah
kehidupan. Sering kali, kita melihat hidup ini berdasarkan luarnya saja tanpa
memaknai setiap kejadian yang ada. Saat kita dapat memaknai setiap nilai dalam
kehidupan ini, maka kita akan memperoleh kebahagiaan dalam Tuhan dan hidup
sesuai dengan rencana-Nya :)
Comments
Post a Comment