Skip to main content

Aku Harap Kamu Membacanya.

Mungkin suatu hari nanti,
Entah kapan.
Dengan atau tanpa sepengetahuanku.
Kamu akan membaca tulisan ini.
Ya, semoga saja seperti itu.
Entah sejak kapan aku ingin mengucapkan hal ini kepadamu.
Mungkin ini terlalu berlebihan,
dan aku tidak berani memberitahumu secara langsung.

Pengecut? Bukan.
Aku salah satu wanita yang bisa dianggap 'nekat', karena keberanianku.
Tapi untuk saat ini, aku tak dapat memberitahumu secara langsung.
Jarak diantara kita kini membuatku sulit untuk bercerita denganmu.
Kau tahu? Ini sangat membuat hatiku terluka.
Tentu menyakitkan bukan?

Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih,
karena kau senantiasa disampingku selama ini.
Kau pria yang sangat sabar dalam menghadapi sikapku.
Aku penasaran,
Apakah benar seperti itu?

Mungkin saat ini kau menjauhiku,
akan tetapi aku menyadari.
Kamu tetap disini. Kau ada disini.
Aku selalu merasa kau tetap menjagaku,
serta memperhatikanku dari kejauhan.
Begitupun denganku.
Aku senantiasa memperhatikanmu dari kejauhan,
secara diam-diam tentunya.
Mungkin dari dalam lubuk hatimu,
kau bahkan turut mendoakanku agar selalu dalam keadaan baik ;semoga saja.

Kau tahu?
Aku sangat bahagia ketika aku menyadari,
kau yang dapat kujadikan teman hidup.
Namun terkadang,
Kenyataan tak selalu berpihak pada kita bukan?
Kau dan aku selalu berbeda arah.
Kau ke kiri, aku ke kanan; dan sebaliknya.
Namun entah mengapa,
Aku rasa kita selalu menemukan jalur yang sama pada akhirnya.
Meski akhirnya jalan itu kembali dibuat 'buntu' karena ego kita.

Aku pernah bermimpi,
Suatu hari nanti aku bisa bersanding denganmu,
dan menikmati hari tua bersamamu.
Berbagi cerita kepada anak-cucu,
mengenai masa muda kita yang penuh cerita.

Aku pernah bermimpi,
Suatu hari nanti aku bisa menjadi wanita terakhir pilihanmu,
dan yang kamu cintai dengan sepenuh hati,
setelah Tuhan dan orangtua mu.

Aku pernah bermimpi,
Bahwa janjimu akan kamu genapi.
Saat pertama kali kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku,
dan akan selalu mencintaiku.

Aku pernah bermimpi,
Jika suatu pagi ketika aku membuka mata,
Wajah yang kulihat adalah dirimu,
Dan kamu akan menciumku dan memelukku erat.

Aku pernah bermimpi,
Saat aku merindukanmu, aku akan meneleponmu setiap saat.
Hanya untuk sekedar mendengar tawamu.

Aku pernah bermimpi.
Ketika kamu kembali lagi,
Duduk disampingku, serta
menceritakan seluruh kisahmu sepanjang hari padaku.

Aku pernah bermimpi.
Ketika kamu kembali lagi,
Kau tak akan pergi meninggalkan 'rumah'-ku lagi.
Kamu akan menetap sepanjang waktu.

Aku pernah bermimpi.
Bahwa seluruh mimpiku ini tak hanya sebatas angan,
melainkan hal yang nyata.

Dari sekian banyak mimpiku,
kamu tahu mana yang terburuk?
Ketika aku nantinya harus melihatmu bersanding dengan wanita lain,
dan menggenapi seluruh 'mimpiku' bersamanya.
Kau tahu ini berat?
Sebab, harus berpura-pura tidak melihatmu saja sungguh pekerjaan berat,
apalagi aku harus terima jika nantinya kamu memilih pergi?
Tersiksa? Ya,sungguh.
Tapi apalah artinya kesakitan ini,
Jika akhirnya aku bisa melihatmu bahagia.
Ini pilihanmu.
Dan kuharap kau tak salah pilih.
Sekali lagi,
Ku ucapkan terima kasih banyak.

Dari wanita yang selalu mengasihimu,
M.


Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel      Novel “Lukisan Hujan” mengangkat cerita tentang kehidupan Diaz Hanafiah – cowok keturunan Hanafiah Group yang kaya raya dan terkenal, bagian dari  sosialita Jakarta. Orang tuanya merupakan pemilik “Hanafiah Group”, namun Diaz merupakan cowok yang bersikap dingin dan cuek. Karena kesederhanaan yang ditunjukan, dia sering diolok-olok karena tidak se- elite dan se- glamour sepupu-sepupunya.     Dimulai dari kedatangan tetangga baru seorang cewek bernama Sisy yang menggemparkan teman-temannya di komplek Bintaro Lakeside. Diaz yang awalnya penasaran akhirnya malah berkenalan di suatu

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat