Aku teringat ketika hari terakhir bertemu denganmu. Engkau datang menghampiriku dan memelukku dengan sangat erat. Di tengah itu, kau berkata, "Kita perlu istirahat sejenak dua bulan ini." Aku mendongakkan kepala sambil menatap matamu. "Sampai kapan?" Kau terdiam begitu lama. Aku memelukmu lebih erat sambil bertanya," Apakah kamu akan meninggalkanku?" Aku ingat, nada bicaraku seperti anak kecil minta dibelikan sebuah permen.
Kamu tersenyum sambil menggelengkan kepala. Aku pun tersenyum yakin. "Baiklah, kita istirahat sejenak."
Bahkan hingga saat ini, aku masih percaya,
bahwa tidak ada yang pergi.
Yang ada hanya istirahat.
Comments
Post a Comment