Aku berharap, semua yang hilang karena sebuah "keterpaksaan" dapat Tuhan kembalikan lagi ke hidupku. Sedangkan yang hilang karena takdir Tuhan, bisa Tuhan digantikan dengan yang lebih baik. :)
Sebuah kalimat sederhana namun mengandung banyak makna. Mengapa? Sejak awal aku dipertemukan olehnya, aku sudah meyakini kami bertemu bukan karena sebuah kebetulan, melainkan karena takdir. Sejak awal aku dipisahkan dengannya karena sebuah ego belaka, aku sudah meyakini aku akan kembali dipersatukan dengannya. Dan sejak awal aku mengenal dirinya, aku sudah meyakini bahwa aku ditakdirkan untuk mengetahui seluruh seluk beluk hidupnya. Aku meyakini semua itu. Dan ketika perpisahan itu kembali menguji hubungan kami, aku tetap meyakini ini adalah cara Tuhan untuk kami memperbaiki diri. Instropeksi diri lebih tepatnya. Mengevaluasi seluruh hidup kami dari awal kami berkenalan hingga akhirnya kami dipisahkan oleh waktu. Seluruh kesalahan yang kami perbuat secara sengaja maupun tidak, segala ego kami yang selalu kami utamakan. Dan munculnya pihak-pihak lain kedalam hubungan kami yang membuat hati kami memilih untuk mendua. Ya, seluruhnya seperti sudah diatur sedemikian rupa agar kita; aku dan kamu menyadari akan semua itu. Sejak hari itu, hari dimana kehilangan lagi-lagi menimpaku. Aku menyadari akan satu hal. Tuhan tidak bermaksud buruk padaku. Perpisahan ini sengaja Dia lakukan agar aku mengejar ketertinggalanku dan ketertinggalannya pada hal lain. Seolah Dia senantiasa memperingatkanku untuk tidak lengah. Dan Dia ingin melihat diriku berhasil. Dan lagi-lagi karena perpisahan itulah, Dia ingin menyatukan. Menyatukan antara aku dengan orang-orang yang mengasihiku. Dan Dia mengembalikan sebagian diriku yang hilang. Hilang karena keegoisanku terhadap perasaanku.
Kini, aku meyakini. Jika memang dirinya ditakdirkan oleh-Nya menjadi bagian hidupku, sesulit apapun rintangannya, dan setinggi apapun benteng yang ia bangun untuk memisahkan dirinya dengan diriku. Dan rasa cinta yang sempat hilang akan kembali tumbuh di tengah-tengah kami. Aku meyakini, aku mampu menghantamnya benteng itu, menghancurkan egonya dan kembali mencairkan hatinya yang beku.
-M
Comments
Post a Comment