Skip to main content

Don't Be Afraid about Life, If We always do a Kindness in our Life.

Meski goncangan terjadi sana-sini, semuanya akan berlalu. Maka, perbanyaklah bersyukur. 
.
.
Kira-kira seperti itulah inti dari dhamma yang saya dengar dari seorang Bhante di Vihara tadi pagi. Untuk kesempatan kali ini, saya ingin berbagi pengetahuan dhamma yang telah saya terima dari salah seorang Bhante yang menurut saya luar biasa. Terlepas dari itu semua, saya tidak bermaksud untuk menyinggung ajaran agama lain. Saya hanya ingin membantu kalian untuk membuka diri dan melihat kehidupan yang sesungguhnya. Awalnya, saya berpikir bahwa saya selalu menutup mata dan tidak ingin tahu mengenai sekitar saya. Saya akui, saya merupakan sosok yang tidak mudah percaya pada hal apapun, sebelum saya membuktikannya bahwa itu adalah benar dan tujuannya baik untuk hidup saya. Ya, meski nasehat itu berasal dari orang suci sekalipun. Seperti yang saya baca dari kutipan khotbah Sang Buddha, yang mengatakan bahwa, "Jangan percaya pada sesuatu hanya karena tertulis dalam kitab suci." Ya, kita perlu membuktikan kebenarannya dalam hidup kita. Namun, dhamma kali ini benar-benar membuka mata hati saya, pikiran saya, bahkan mata batin saya yang selama ini tertutup oleh ketidaktahuan saya akan kebenaran. Kebenaran akan sebuah kehidupan tentunya.  

Awalnya, Beliau menyampaikan bahwa segala yang ada di dunia ini tidaklah kekal (anica). Maka selama kita hidup, kita dihimbau untuk melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh. Selama ini, manusia seringkali  tidak sadar bahwa dirinya dilingkupi oleh tiga akar kejahatan meliputi kebencian, keserakahan, dan kebodohan batin. Ya, tidak dapat dipungkiri memang, manusia hidup tidak luput dari 'dosa'. Namun, tanpa kita sadari, kita bisa mengendalikan diri kita agar tidak terikat dengan ketiga akar kejahatan tersebut. Melalui apa? Yakni melalui pikiran kita. Pikiran memang benar-benar pelopor dalam hidup kita. Meski sering kali banyak yang mengatakan, jangan pernah andalkan diri kita sendiri dan andalkan Tuhan untuk melalui semua ini. Memang itu benar. Akan tetapi, untuk kali ini saya lebih setuju dengan pernyataan bahwa, "Diri kita sendiri sang pemilik kendali". Pengendali pikiran kita tentunya. Beliau juga menyinggung tentang Albert Einstein yang mampu memikirkan sebuah penemuan bom atom. Pikiran manusia dapat menghancurkan atom (itu yang saya dengar, kalau tidak salah.) Namun, sebuah atom tidak dapat mengendalikan pikiran manusia. Itulah masalahnya.

Pikiran itu dapat menghancurkan di sekeliling kita bahkan diri kita sendiri, jika kita tidak pandai dalam mengendalikannya. Disaat kita dilanda emosi, kebencian, kemarahan bahkan kedengkian yang ditimbulkan oleh rasa sakit hati yang berkepanjangan membuat pikiran manusia sulit untuk dikendalikan. Bahkan hal itu bisa mengganggu tidur kita karena selalu dihantui oleh ketiga akar kejahatan tersebut. Memang, setiap manusia berhak sakit hati, atau mengeluh mengenai hidupnya yang tidak luput dari masalah. Tapi, Beliau menyampaikan, mengeluh sekali saja. Kemudian, lanjutkan hidup kita dengan semangat dan sepenuh hati. Jadikan diri kita bagaikan batu karang yang kuat dalam menghadapi goncangan sebesar apapun. Karena, semuanya akan berlalu. Semua masalah yang kita hadapi akan berlalu. Karena, semuanya yang ada di dunia ini tidak kekal adanya. Semuanya akan berubah. Siap tidak siap, kita akan dihadapi dengan hal-hal seperti itu. Maka dari itu, selagi kita diberi kesempatan untuk menjalani hidup ini, isilah hidup kita dengan perbuatan baik. Berbuat baiklah, karena yang menjadi "Juru-Selamat" kita sesungguhnya adalah perbuatan baik kita. 

Cobalah lihat, bagaimana kehidupan seseorang yang batinnya selalu tenang, tulus dalam menolong orang lain, tidak terganggu dengan omongan orang lain, dan tidak pernah mengusik kehidupan orang lain. Dirinya yang bersikap 'cuek' dengan godaan-godaan disekitarnya, hidupnya akan bahagia. Sedangkan orang yang sombong, dirinya akan hancur. Sebab, semakin ia sombong maka orang-orang akan menjauhinya. Maka, janganlah takut untuk menjalani hidup dan jangan lupa untuk bersyukur untuk kehidupan yang kita terima saat ini. Meski terkadang, hidup kita seringkali dilanda kesulitan akibat menerima buah perbuatan buruk kita. Sebagai manusia, janganlah kita menerima kenyataan tersebut dengan cara yang pasif yakni pasrah tanpa berbuat apa-apa, namun terimalah dengan cara yang aktif yakni tetap berbuat kebajikan dan memperbaiki kualitas (moral) hidup kita. 

Kita perlu percaya diri terhadap apa yang kita perbuat. Selama kita selalu berbuat baik sesuai dengan Dhamma dan tidak melanggar sila (pancasila buddhis) serta tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, maka kita akan selalu dilindungi. Bahkan para dewa pun turut bersukacita atas perbuatan kita dan selalu melindungi kita dimanapun kita berada. Bahkan, disaat kita mengalami kesulitan sekalipun, karma baik yang selama ini kita tanam mampu menolong kita. Tanpa kita sadari, disaat kita mengalami kesusahan, ada saja yang membantu kita atau ada saja keberuntungan yang kita terima. Itulah buah perbuatan baik kita selama ini. Maka, selama kita melakukan kebaikan, jangan pernah khawatir dengan kehidupan yang ada di depan mata. 
Buddha bless you! O:) 

Serpong, 21 Januari 2018,
M.

Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel      Novel “Lukisan Hujan” mengangkat cerita tentang kehidupan Diaz Hanafiah – cowok keturunan Hanafiah Group yang kaya raya dan terkenal, bagian dari  sosialita Jakarta. Orang tuanya merupakan pemilik “Hanafiah Group”, namun Diaz merupakan cowok yang bersikap dingin dan cuek. Karena kesederhanaan yang ditunjukan, dia sering diolok-olok karena tidak se- elite dan se- glamour sepupu-sepupunya.     Dimulai dari kedatangan tetangga baru seorang cewek bernama Sisy yang menggemparkan teman-temannya di komplek Bintaro Lakeside. Diaz yang awalnya penasaran akhirnya malah berkenalan di suatu

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat