Skip to main content

Stronger Relationship with God, not with Your Religion.


Mungkin bagi kalian aku ini sedikit gila. Tapi bagiku aku jauh lebih waras dibandingkan orang-orang yang mengaku dirinya ber-Tuhan. Baik, disini aku tidak bermaksud menyalahi agama atau menyinggung siapapun itu. Bukan juga bermaksud menghakimi agama tertentu. Bukan juga bermaksud menjadi manusia paling suci. Karena mungkin saja aku salah dalam hal ini. Akan tetapi, aku hanya ingin mengungkapkan kebingunganku terhadap seseorang yang terlalu fanatik dengan agamanya. Hal ini diluar dari apa yang saya terima dari agamaku, atau pengetahuanku terhadap agama-agama lainnya. Murni, ini berasal dari akal sehatku dan hati kecilku yang selalu bertanya-tanya. Selama 21 tahun aku hidup, dan dari segala sesuatu yang aku alami selama ini membuatku sadar akan satu hal. Manusia terlalu mengutamakan agamanya, bukan hubungannya dengan Tuhannya. Walau agama merupakan sebuah dasar keyakinan seseorang terhadap Tuhannya, selain itu agama juga dijadikan sebagai identitas diri. Saya beragama A, B, C, dsb, Namun bagiku itu semua hanyalah omong kosong belaka jika mereka tidak melakukan tindak nyata terhadap Tuhannya. Apa yang dimaksud dengan tindak nyata? Yakni, membangun hubungan dengan Tuhan. Ya, memang benar. Keberadaan suatu agama itu tidaklah salah. Keberadaan agama membimbing manusia untuk melakukan peribadahan dengan Tuhannya sesuai cara dan kepercayaan yang diyakini oleh agama tersebut. Maka manusia selalu berada di jalan yang benar dan melakukan hal yang baik. 
     Lalu bagaimana dengan seseorang yang terlalu fanatik terhadap 'agama' yang ia anut, sehingga ia dengan lantang mengatakan, "Kata Tuhan saya, saya tidak boleh memiliki hubungan dengan seseorang yang berbeda agama dengan saya." Lalu beberapa dari mereka mengungkapkan istilah 'Tuhan' hanya dipercayai oleh agama abc saja, sedangkan agama lain tidak mempercayainya. Sehingga baginya ia tidak boleh memiliki hubungan dengan pasangan yang tidak memiliki agama yang sama atau percaya dengan Tuhan yang sama. Ya benar, ia melakukan perintah Tuhannya dan memang masuk akal jika tidak memiliki agama yang serupa, bagaimana nanti membina hubungan rumah tangga dengan jalan yang berbeda? Tapi, apakah itu salah? Apakah itu hal yang 'buruk' jika pada akhirnya seseorang mengambil keputusan untuk membangun masa depan bersama seseorang yang berbeda 'keyakinan' dengannya? Bagiku tidak semua orang beranggapan demikian. Toh, pada akhirnya kembali kepada pilihan manusia masing-masing. Meski pada akhirnya, beberapa dari mereka memilih berpindah keyakinan karena mengikuti pasangannya. Bahkan, ada beberapa orang hebat yang tidak meyakini keberadaan Tuhan, sebab ia percaya akan dirinya sendiri. Ya, itu juga tidak salah. Namun bagiku, ia hanya tidak tahu bagaimana untuk memiliki hubungan dengan sosok "Tuhan" itu.
    Bagaimana dengan seseorang yang mengaku dirinya ber-Tuhan? Sangatlah omong kosong jika seseorang hanya berkoar-koar ia percaya Tuhan, ia murid Tuhan, ia taat dengan Tuhan. Tapi diluar sana, ia masih memiliki hati yang busuk, melakukan perbuatan buruk, menyakiti orang bahkan makhluk lain, bahkan mencela orang lain. Intinya, mereka tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan berdasarkan apa yang diajarkan oleh Tuhannya. Memang, pada dasarnya manusia tidak luput dari kesalahan. Meski ada istilah, "Saya akan bertobat sehabis ini. Saya ingin kembali ke Tuhan saya." Akan tetapi itu hanya berlangsung sementara. Karena sifat manusia pada dasarnya yang mudah berubah-ubah. Setelah itu seseorang itu akan kembali melakukan kesalahan yang melanggar aturan dari Tuhannya dan terjadi berulang kali dan berakhir tidak bertobat.
    Bagiku, setiap agama memiliki satu tujuan, yakni memiliki hubungan yang baik dengan sosok 'Tuhan'. Tuhan yang Maha Segalanya. Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Pengampun, Maha Mengetahui, Maha Penglihat, Maha Pendengar dan Maha lainnya. Istilah Tuhan bagiku, hanyalah sebuah sebutan terhadap sosok yang Maha Kuasa. Sehingga setiap orang yang memiliki agama yang berbeda pantas untuk percaya kepada Tuhan. Negara pun mengakuinya berdasarkan sila pertama di pancasila, "Ketuhanan Yang Maha Esa". Tuhan yang Maha Esa. Bukan Tuhan untuk agama A, B atau C saja yang boleh percaya. Dalam hal ini, yang terpenting adalah bagaimana kita mendekatkan diri padanya. Bagaimana kita mencarinya. Dan bagaimana kita menjalani segala hal yang baik sesuai dengan perintah-Nya. Bukan hanya karena takut dianggap berdosa, tapi bagaimana kita benar-benar memiliki hubungan yang baik dan benar terhadap sosok Tuhan. Meskipun aku sendiri menganut agama yang tidak terlalu meyakini keberadaan 'Tuhan', akan tetapi diluar dari itu semua. Hati kecilku mengatakan bahwa mulai tahun ini saya mau membangun hubungan dengan Tuhan. Tuhan yang mana? Tuhan Yang Maha Esa. Yang menciptakanku sebagai manusia. Yang memberikanku hidup hingga saat ini. Sebab saya meyakini bahwa Tuhan itu ada meski tidak terlihat wujudnya. Sosok yang menolongku setiap waktu. Tuhan yang senantiasa menuntunku ke jalan yang baik. Meski terkadang aku melenceng dari jalan-Nya. 
   Tapi bagiku, memiliki hubungan dengan Tuhan bukanlah dengan cara yang 'fanatik' seperti (pelayanan, perkumpulan, membaca kitab suci setiap hari, bernyanyi, mengisi acara, dsb) tapi hidupnya tetap saja 'brengsek' diluaran. Itu tetap saja salah. Ya, aku tidak mengetahui secara dalam isi kitab suci atau perintah-perintah yang agama abc sebutkan. Bahkan untuk agama yang kuanut. Aku tidak terlalu mendalami kitab tersebut. Benar aku tidak mengetahuinya. Tapi disini aku hanya ingin mengajak kalian semua untuk memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan. 
   Sebab dasar kita meyakini suatu agama adalah bagaimana kita membangun hubungan terhadap Tuhannya. Percuma saja kalian membangga-banggakan agama kalian, tapi lupa untuk membangun hubungan dengan Tuhanmu. Bagaimana kalian benar-benar mengapresiasi atas berkat yang telah anda terima hingga saat ini. Mengucap syukur. Ya itu istilah yang tepat. Benar-benar tunjukkan melalui sikapmu, perilakumu, hatimu, ucapanmu yang benar-benar menunjukkan bahwa kalian adalah murid Tuhan. Dan disini, bukan hanya orang yang beragama abc saja yang boleh menunjukkannya, melainkan semua agama yang diakui maupun tidak diakui oleh negara. Lakukan yang terbaik bukan yang menurut kita benar, melainkan lebih kepada apa yang benar dimata-Nya. Milikilah hubungan yang baik dengan Tuhan, dan hidupmu akan menjadi sempurna. 
Salam, 
M.

Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel      Novel “Lukisan Hujan” mengangkat cerita tentang kehidupan Diaz Hanafiah – cowok keturunan Hanafiah Group yang kaya raya dan terkenal, bagian dari  sosialita Jakarta. Orang tuanya merupakan pemilik “Hanafiah Group”, namun Diaz merupakan cowok yang bersikap dingin dan cuek. Karena kesederhanaan yang ditunjukan, dia sering diolok-olok karena tidak se- elite dan se- glamour sepupu-sepupunya.     Dimulai dari kedatangan tetangga baru seorang cewek bernama Sisy yang menggemparkan teman-temannya di komplek Bintaro Lakeside. Diaz yang awalnya penasaran akhirnya malah berkenalan di suatu

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat