Skip to main content

Why i'm always writing?

"Jika tidak ada satupun teman yang mengerti isi pikiranmu, menulislah."
Sebuah kalimat sederhana yang kujadikan alasan setiap ada yang bertanya padaku, mengapa aku selalu menulis? Ketika aku sedang bahagia, aku menulis. Ketika aku sedang sedih, aku menulis. Ketika aku sedang marah, aku menulis. Ketika aku sedang bingung, aku menulis. Bahkan, ketika diriku sedang hancur, aku memilih untuk menulis. Mengapa menulis aku jadikan sebagai alasan untuk menumpahkan seluruh keluh kesahku? Sebab, disaat tidak ada satupun yang mengerti isi hatiku, dengan menulis aku dapat menemukan jawabannya. Mungkin, kataku. Bahkan, disaat aku tidak menemukan teman curhat yang tepat untuk mendengarkan isi pikiranku, aku memilih untuk mencurahkannya melalui sebuah tulisan. Dan berharap, kelak yang membaca tulisanku ini bersedia menjadi pendengar yang baik untukku. Aku tahu, bahwa tulisanku ini tidak seberapa. Bahkan, lebih menjurus kepada isi hati. Karena memang, setiap aku tidak dapat memberitahu isi hatiku pada siapapun, aku lebih memilih untuk memberitahunya melalui blog ini. Barangkali, setelah aku menulis, perasaanku menjadi lebih tenang dan bahagia. Nyatanya, tidak selalu seperti itu. Apalagi, ketika aku menuliskan seluruh kerinduanku padanya. Ya, dia. Sosok yang kurindukan namun keberadaanya tidak kunjung datang dalam hidupku. Ia hanyalah sebuah ilusi belaka, bahkan kehadirannya di sampingku setiap kali aku merindukannya. Dulu, ia pernah menyatakan bahwa dirinya merupakan pembaca yang setia. Apapun yang kutuliskan dalam blog ini, akan selalu ia baca setiap saat tanpa sepengetahuanku. Dan aku? Tentu saja senang dan sangat dihargai. Sebab, karyaku selalu dinantikan orang. Apalagi orang yang sangat kusukai. Namun, entah ia masih sering membuka blog ini atau tidak. Akankah ia mengingat untuk membaca blog ini dikala ia sedih? Akankah ia mengingat untuk membaca blog ini dikala bahagia? Aku tidak pernah tahu akan hal itu. Yang ku tahu, kini ia sedang berusaha melupakan semua tentangku. Dan aku berharap, di sela-sela usahanya melupakanku, ia masih mengingatku, melalui sebuah tulisan. Dan semoga, ia masih mengakui dirinya sebagai pembaca blog-ku yang setia. Semoga saja. :) 

Serpong, 19 Januari 2018,
M.

Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel      Novel “Lukisan Hujan” mengangkat cerita tentang kehidupan Diaz Hanafiah – cowok keturunan Hanafiah Group yang kaya raya dan terkenal, bagian dari  sosialita Jakarta. Orang tuanya merupakan pemilik “Hanafiah Group”, namun Diaz merupakan cowok yang bersikap dingin dan cuek. Karena kesederhanaan yang ditunjukan, dia sering diolok-olok karena tidak se- elite dan se- glamour sepupu-sepupunya.     Dimulai dari kedatangan tetangga baru seorang cewek bernama Sisy yang menggemparkan teman-temannya di komplek Bintaro Lakeside. Diaz yang awalnya penasaran akhirnya malah berkenalan di suatu

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat