Skip to main content

Surat untuk Kamu.

Hai. 
Bagaimana kabarmu hari ini? Apakah kamu bahagia?
Maaf, jika pertanyaanku mengganggu kebahagiaanmu. Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkanmu. Entah mengapa, padahal sudah kuperintahkan tubuhku untuk beristirahat. Tapi ia tetap saja masih terjaga hingga subuh tiba. Ya, hanya untuk memikirkan keadaanmu. Mungkin, jika kamu tahu akan hal ini. Hal pertama yang kau lakukan adalah tertawa. Setelah itu, kau akan mengatakan, "Mengapa kamu masih saja memikirkanku?" Ya, pertanyaan yang begitu sederhana, tapi tak mampu aku jawab. Maka dari itu, malam ini aku menyempatkan diriku untuk menuliskan ini untukmu. Aku harap suatu hari kamu membacanya tanpa sepengetahuanku. Apakah kamu bahagia saat ini? Ataukah dirimu sedang dihinggapi masalah? Jelas aku tidak tahu akan hal itu. Karena hanya kamu dan teman dekatmu yang mengetahui itu. Ya, bersama dengan Tuhan yang mampu melihatmu. Aku hanya mengharapkan bahwa dirimu selalu dalam keadaan sehat. Bukan aku gengsi karena tidak bertanya langsung padamu, tapi aku hanya takut kamu marah dan memblokir kontakku setiap aku berkata aku rindu. Mungkin saat ini kamu sedang tidak memikirkanku. Karena, kamu sedang fokus dengan kebahagiaanmu saat ini. Entah kebahagiaan bersama keluargamu, temanmu, atau cintamu yang baru. Sungguh, aku tidak mengetahuinya. Dan bukan maksudku untuk menghakimimu. Sungguh, aku hanya menebak, dan mungkin ada yang benar salah satunya. Apakah kamu masih memikirkanku hingga saat ini? Aku yakin, jika aku menanyakan ini langsung padamu, kamu akan menanyakan yang sebaliknya padaku. Jika kamu menanyakan hal yang serupa padaku, Aku akan menjawab, masih. Aku masih memikirkamu setiap detik. Ini bukan mengada-ngada, atau kubuat-buat agar terkesan wah. Tidak sama sekali. Aku benar-benar memikirkanmu setiap waktu. Dan jika ada yang bertanya padaku, termasuk kamu, apakah aku merindukanmu? Aku tidak mampu menjawabnya. Sebab, setiap rindu itu datang, hanya kehampaan yang kurasakan  dalam hati ini. Hampa dan kosong. Aku seperti tidak merasakan apapun. Awalnya, aku pikir aku tidak merindukanmu lagi. Namun, setiap namamu muncul di kontakku, air mata ini selalu turun membasahi pipi. Aku sadari, mungkin keberadaanku saat ini tidak pernah lagi kamu nantikan dalam hidupmu, bahkan namaku sudah tidak lagi membuat hatimu bergetar. Seharusnya aku sadar, kamu telah melupakanku. Sama seperti kata-katamu kepada kedua temanku, bahwa kamu telah melupakanku dan tak ada lagi sedikitpun rasa sayangmu padaku. Ya, aku mengerti. Kehadiran sosok yang baru di hati seseorang, dapat menggantikan posisi seseorang yang dulunya sangat berharga di hidupnya dengan sangat cepat. Kelak, jika kamu membaca tulisanku ini, aku berharap kamu telah membuka kembali hati kecilmu yang sengaja kau tutup. Entah karena membenciku, atau usaha untuk melupakanku. Kini, kamu mungkin telah berhasil lupa denganku. Ku ucapkan selamat, jika hal tersebut dapat membuat dirimu bahagia sekarang. Namun, satu hal yang perlu kamu sadari. Hingga saat ini, aku tidak bisa membencimu. Sekalipun, jika aku menginginkannya dalam hidupku, aku tidak pernah mampu. Bagaimanapun sikapmu kini memperlakukanku, selama apapun kamu ingin mendiamkanku, dan selama apapun kamu menganggap diriku baik-baik saja tanpamu, aku hanya ingin memberitahumu satu hal. Aku tidak pernah lupa, meski itu namamu sekalipun. Kamu, adalah sosok yang berharga yang pernah tinggal dihatiku. Meski kini kamu telah pergi jauh, aku harap suatu hari nanti aku dapat kembali bertemu denganmu. Entah itu menjadi teman bicara, atau sebagai teman hidup. Kamu, sosok yang pernah membuatku jatuh cinta dan membuatku hampir gila karena kehilanganmu. 
Kamu, 
aku harap selalu bahagia.
Kamu,
aku sungguh rindu. 

Serpong, 19 Januari 2018. (3 bulan setelah kehilanganmu. Jika kamu masih disini, aku ingin mengucapkan, "Selamat hari jadi yang ke- 6", S.)
-M

Comments

Popular posts from this blog

Aku tak membenci Hujan.

Hujan mengingatkanku akan sebuah kenangan. Karena saat hujan turun,  ia senantiasa memberikan kenangan baru dalam memoriku. Kenangan antara aku dan seseorang yang kucintai. Terkadang hujan datang tak kenal waktu, Namun ia mengerti dan paham kapan waktunya mereda. Bahkan, Seringkali hujan sengaja menjebak kita di tempat yang sama. dan dengan pertanyaan yang sama, "Kapan hujan ini reda?" Dan aku selalu menikmati kehadirannya. Bagiku, hujan memiliki kekuatan tersendiri, untuk menghadirkan kebahagiaan di setiap insan manusia. Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Sebab selalu ada senyuman yang kulihat setelah hujan reda. Senyumanmu,  gelak tawamu,  bahkan candaan yang senantiasa menghibur hati. Kau tahu mengapa aku tak menbenci hujan? Sebab selalu ada genggaman hangat di jemariku dan seolah ikut berkata,"Tenanglah, Aku ada disini." Kau tahu mengapa aku tak membenci hujan? Karena hujan pandai menyamarkan kesedihan di wajahku. Ia tak pernah t

Lukisan Hujan - Sitta Karina

Resensi Novel   Judul Novel                  :  Lukisan Hujan   Pengarang                  :  Sitta Karina   Penerbit                      :   Terrant Books Tahun                         : 2004   Genre                        :   Novel Remaja(Romance) Tebal buku                  :   386 halaman  ISBN                        :  979-3750-00-6 ·          Sinopsis Novel      Novel “Lukisan Hujan” mengangkat cerita tentang kehidupan Diaz Hanafiah – cowok keturunan Hanafiah Group yang kaya raya dan terkenal, bagian dari  sosialita Jakarta. Orang tuanya merupakan pemilik “Hanafiah Group”, namun Diaz merupakan cowok yang bersikap dingin dan cuek. Karena kesederhanaan yang ditunjukan, dia sering diolok-olok karena tidak se- elite dan se- glamour sepupu-sepupunya.     Dimulai dari kedatangan tetangga baru seorang cewek bernama Sisy yang menggemparkan teman-temannya di komplek Bintaro Lakeside. Diaz yang awalnya penasaran akhirnya malah berkenalan di suatu

De Buron - Maria Jaclyn

PROLOG "Kalau kamu menyayangi seseorang, kamu enggak harus bersama dia untuk menjadi bahagia.Walaupun kalian berpisah,kamu pasti akan bahagia kalau melihatnya bahagia. Kurasa caramu menjadi bahagia salah, karena kulihat sekarang kamu cuma menyakiti dirimu sendiri," kata Ditya lagi.  Judul: De Buron Penulis: Maria Jaclyn Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2005 Jumlah Halaman: 248 Halaman Kategori: Novel ISBN: 979-22-1396-1 Ukuran: 20 cm x 13,5 cm Harga: Rp 26.500,00     Pernah nggak sih kalian ngerasain betapa takutnya didatangi oleh  "Buronan" ? Cemas, Takut, Khawatir pasti menghinggapi perasaan kalian. Perasaan yang serupa timbul pada diri Kimly, cewe baik dan supel, ketika sosok pria bernama Raditya datang ke kehidupannya, hingga akhirnya Ia menyadari akan suatu hal pada sosok Ditya. Novel “De Buron” merupakan salah satu novel romance berbakat karangan Maria Jaclyn,penulis novel berbakat tahun 2005. Novel ini mengangkat